
batampos – Hanya satu poin yang dibutuhkan PSG untuk menyegel gelar juara Ligue 1 saat menjamu Angers SCO dalam journee ke-28 di Parc des Princes, Paris, malam nanti (5/4). Itu karena PSG sudah memimpin 21 poin (71-50) atas peringkat kedua AS Monaco dengan sisa tujuh journee lagi.
Kapten sekaligus bek tengah PSG Marquinhos sudah tidak sabar merayakannya. Sebelum Ligue 1, Les Parisiens –sebutan PSG– telah memenangi Trophee des Champions pada awal tahun ini (6/1) dan memastikan tiket final Coupe de France pada Selasa (2/4) lalu. Treble winners domestik pun di depan mata.
”Masa-masa indah akan segera tiba. Kami sudah tidak sabar memulainya akhir pekan ini,” kata kapten timnas Brasil itu di laman resmi klub.
Sayangnya, Marquinhos dkk akan merayakan gelar ke-13 Ligue 1 dengan tribun Parc des Princes tidak full house. Komite Disiplin LFP (otoritas Ligue 1) menghukum PSG untuk mengosongkan tribun Auteuil. Sanksi tersebut didapatkan setelah insiden hinaan bernada rasis dalam Le Classique melawan Olympique de Marseille pada 17 Maret lalu.
Akan tetapi, berkurangnya dukungan fans itu hanya bagian dari masalah serius di Ligue 1 musim ini. Seiring menjadi yang tercepat memenangi liga elite Eropa musim ini, dominasi PSG dianggap sebagai penghancur Ligue 1.
”Kompetisi yang kompetitif lebih disukai. Itu bisa menggenjot jumlah pemirsa televisi. Dominasi PSG tidak bagus bagi Ligue 1,” kata Gerard Pique, mantan bek tengah FC Barcelona dan timnas Spanyol, kepada L’Equipe.
Pique merupakan mantan anak buah entraineur PSG Luis Enrique semasa masih menukangi Barca. Pique mendirikan turnamen Kings League yang digelar di Prancis bulan ini. Nalurinya sebagai pengusaha dan mantan pesepakbola menyiratkan potensi negatif dari dominasi PSG.
”Ligue 1 juga sangat menderita dengan kegagalan kesepakatan dengan Mediapro. Selain itu, model pembayaran per tayang akan hilang dengan maraknya pembajakan siaran laga-laga di Ligue 1,” sambung Pique.
Ya, Mediapro gagal mencapai kesepakatan dengan Ligue 1 untuk menyiarkan laga-laga Ligue 1 musim ini. DAZN kemudian yang terpilih. Namun, rendahnya penonton Ligue 1 membuat DAZN merugi. Dari target 1,5 juta pelanggan, mereka hanya mampu mendapatkan 600 ribu pelanggan.
Bahkan bisa menurun jadi 400 ribu pelanggan. Kondisi tersebut membuat DAZN kesulitan membayarkan hak siar kepada ke-18 klub Ligue 1 musim ini sampai jatuh tempo pada 30 April nanti. Sebelum akhir musim, klub-klub Ligue 1 seharusnya menerima pembayaran hak siar televisi EUR 140 juta (Rp 2,54 triliun).
Kini, bukan hanya tidak mampu membayarkan hak siar, DAZN berniat menyudahi kerjasamanya dengan LFP pada akhir musim ini. Dalam ulasan di RMC Sport, pengamat ekonomi sepakbola Pierre Rondeau menyebut DAZN layak melakukan tindakan tersebut di tengah jebloknya target mereka di Ligue 1.
”Inilah paradoks ekonomi sepak bola ketika klub hanya memikirkan jangka pendek musim ini tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang. Termasuk dengan PSG mendominasi Ligue 1 yang malah menurunkan mutu Ligue 1,” tutur Rondeau. (*)