Penonton Masuk Lapangan Bawa Bendera LGBT saat Laga Portugal vs Uruguay

0
114
Seorang pria dengan membawa bendera pelangi atau bendera LGBT tiba-tiba masuk ke lapangan saat laga Portugal vs Uruguay, Selasa (29/11) dini hari WB. (Worldfootball)
Seorang pria dengan membawa bendera pelangi atau bendera LGBT tiba-tiba masuk ke lapangan saat laga Portugal vs Uruguay, Selasa (29/11) dini hari WB. (Worldfootball)

batampos – Seorang pria dengan membawa bendera pelangi atau bendera LGBT tiba-tiba masuk ke lapangan saat laga Portugal vs Uruguay, Selasa (29/11) dini hari WIB. Pria itu mengenakan T-shirt dengan pesan “Respek untuk Wanita Iran” di punggungnya.

Pria itu berada di lapangan selama sekitar 30 detik pada babak kedua laga Portugal kontra Uruguay. Dia kemudian diamankan oleh petugas keamanan dan dikawal keluar lapangan.

Pria itu juga menyampaikan pesan pada bagian depan kausnya dengan tulisan “Selamatkan Ukraina”.

Baca Juga: Persaingan Lolos 16 Besar Grup B Masih Terbuka

Seperti diketahui, hak-hak kaum gay dan penggunaan bendera pelangi telah menjadi isu panas di Piala Dunia 2022 yang digelar di Qatar. Homoseksualitas di Qatar merupakan ilegal.

Sebelumnya, kapten dari tujuh tim Eropa merencanakan untuk mengenakan ban kapten anti-diskriminasi bertema pelangi selama turnamen sebagai bagian dari kampanye keragaman. Namun, mereka mundur karena ancaman tindakan disipliner dari FIFA dan adanya ancaman kartu kuning.

Sementara itu, Menteri Olahraga Inggris Stuart Andrew berencana mengenakan ban lengan berwarna pelangi ketika dia menghadiri pertandingan Inggris melawan Wales pada Rabu (30/11) dini hari WIB.

Fans mengeluh sebelumnya lantaran telah diberi tahu untuk menghapus item pakaian dengan nuansa pelangi.

Baca Juga: Konflik dengan Pelatih, Kiper Utama Kamerun Ditendang dari Skuad Piala Dunia

Timnas Iran secara terpisah menjadi sorotan karena protes anti-pemerintah di dalam negeri. Para pemain Iran tidak menyanyikan lagu kebangsaan sebelum pertandingan pertama mereka melawan Inggris sebagai bentuk solidaritas dengan para pengunjuk rasa.

Iran telah diguncang demonstrasi nasional lebih dari dua bulan sejak kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun dalam tahanan polisi moralitas pada 16 September. Amini, seorang warga Iran berusia 22 tahun asal Kurdi, meninggal tiga hari setelah penangkapannya di Teheran atas dugaan pelanggaran aturan berpakaian bagi perempuan, termasuk kewajiban mengenakan jilbab. (*)

 

 

 

Reporter: JPGroup

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini