Kemerdekaan Kembali ke Stadion Harus Dibarengi Perubahan

0
36
Bonek saat mendukung tim kesayangannya di Stadion Gelora Bung Tomo, beberapa waktu lalu. (F. Jawapos.com)
Bonek saat mendukung tim kesayangannya di Stadion Gelora Bung Tomo, beberapa waktu lalu. (F. Jawapos.com)

batampos – Kompetisi Liga 1 musim 2022–2023 menjadi ajang kembalinya para suporter tim sepak bola ke tribun stadion. Itu menjadi momentum kemerdekaan para suporter setelah sebelumnya dilarang ke stadion karena alasan kesehatan.

Karena itu, kemerdekaan tersebut dirayakan dengan gegap gempita. “Alhamdulillah, setelah sekian hari, sekian minggu, dan sekian bulan, akhirnya apa yang dinantikan suporter telah tiba. Kami sudah boleh masuk stadion meski kapasitas penonton masih dibatasi. Rasanya sangat bangga dan bahagia bisa kembali menonton pertandingan secara langsung,” ujar Presiden Pasoepati Maryadi “Gondrong” Suryadharma kemarin.

Menurut Gondrong, menyaksikan Persis Solo berlaga di stadion sangat berbeda dengan menonton lewat televisi. Menonton pertandingan di rumah terasa hambar. ’’Kalau terjadi gol, hanya kita yang bisa menikmati sendiri. Biarpun di rumah bisa bernyanyi, tapi rasanya hampa,” jelasnya.

Karena itu, mendukung perjuangan Laskar Samber Nyawa –julukan Persis– secara langsung di stadion adalah kenikmatan yang tiada duanya. ’’Kalau menonton langsung, kita bisa berkumpul dengan ribuan suporter lainnya. Bisa bernyanyi dan menari bersama. Juga, bisa bersorak bersama,’’ terangnya.

Kemerdekaan kembali ke stadion juga dirasakan para pendukung Persebaya Surabaya. Tribun Kidul langsung membuat koreo. Ada sosok Bonek yang memegang pengeras suara. Lalu, di atasnya ada tulisan ’’Wani Juara’’.

Aksi itu ditampilkan dalam launching tim kontra PSIM Jogjakarta (17/7). Sekaligus menegaskan keinginan Bonek: Persebaya Surabaya harus juara. ’’Itu juga menjadi tanda kemerdekaan bagi seluruh suporter di Indonesia. Kami sudah bebas menonton laga meski pandemi masih ada,’’ kata Koordinator Tribun Kidul Devara Noumanto.

Kemerdekaan suporter itu kudu ditandai dengan perubahan. Pria yang akrab disapa Sinyo itu sudah mewanti-wanti Bonek. Terutama yang hadir langsung di stadion. ’’Kami sudah edukasi ke teman-teman, bagaimana mendukung dengan cara yang benar. Bukan malah merugikan Persebaya,’’ katanya.

Misalnya, tidak ada flare selama pertandingan dalam laga resmi. Serta tidak ada nyanyian rasis selama mendukung tim. ’’Jangan sampai kejadian empat tahun lalu terulang. Kami masih sering jadi mesin ATM dari federasi. Semua itu jadi pelajaran bagi kami untuk berubah. Alhamdulillah, dalam dua laga kandang awal tidak ada masalah,’’ jelas Sinyo.

Di nonbola, kegembiraan tidak hanya dirasakan bagi para pendukung. Para pemain juga merasakan hal serupa. Di ajang Indonesian Basketball League (IBL) musim 2022 ini, misalnya. Pebasket Prawira Bandung Yudha Saputera merasakan betul dampak babak playoff IBL yang dimainkan di GOR C-Tra Arena, Bandung. Itu notabene markas bagi Prawira. Maklum, sudah lama Prawira tidak bermain di GOR C-Tra buntut pandemi yang menerjang.

Sebagai informasi, babak reguler musim lalu, IBL diselenggarakan dengan sistem bubble di Robinson Cisarua Resort, Bogor. Dan sejak babak playoff hingga final diselenggarakan di Mahaka Arena, Kelapa Gading. Semua penyelenggaraan dilakukan tanpa adanya penonton.

Baru di musim ini penonton diperbolehkan hadir yang dimulai pada babak reguler yang bermain di Hall Basket Senayan, Jakarta, dan berlanjut di GOR C-Tra Arena sejak playoff hingga final. Karenanya, Yudha sangat merasakan dampak suporter bagi tim. ’’Saya pribadi sempat bermain gugup karena main di laga penentuan,’’ ungkapnya setelah mengantarkan Prawira lolos setelah mengalahkan Dewa United di babak playoff.

Namun, ketika berhasil menyumbang poin dan penonton bersorak kegirangan seiring menyebutkan namanya, situasi mulai berubah. ’’Jadi semangat lagi. Adanya penonton ini luar biasa berdampak bagi kami sih. Kami harap bisa terus mendukung kami,’’ ujarnya.

Dirut IBL Junas Miradiarsyah sangat takjub melihat bagaimana padatnya tribun penonton yang begitu bergairah. ’’Luar biasa. Seperti yang diharapkan. Memang Bandung antusiasmenya selalu tinggi,’’ ungkapnya saat dihubungi Jawa Pos kemarin.

Junas menuturkan, penonton IBL saat ini sudah sangat variatif. Bukan hanya dengan sorakan, melainkan dari berbagai hal lain untuk menyemangati pemain atau tim idola. Penonton juga tidak hanya didominasi Prawira. Namun, semua tim yang tampil memiliki basis pendukung yang bagus. ’’Setiap suporter mulai terbentuk fanatisme ke klubnya,’’ katanya. (gus/fiq/raf/c12/ali)

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini