Hendry Saputra Tak Lagi Jadi Pelatih Tunggal Putra Pelatnas

0
102
Hendry Saputra bersama Anthony Sinisuka Ginting setelah Ginting menjadi juara China Open 2018. (PP PBSI)
Hendry Saputra bersama Anthony Sinisuka Ginting setelah Ginting menjadi juara China Open 2018. (PP PBSI)

batampos – Hendry Saputra dipastikan tidak akan menjadi pelatih kepala tunggal putra tim nasional Indonesia mulai tahun 2022. Kontrak Hendry habis pada Desember 2021 dan PP PBSI tidak menawarkan perpanjangan masa kerja kepadanya.

“Kabar itu betul,” ucap Hendry kepada JawaPos.com. “Saya profesional. Saya menjalani kontrak mulai (Desember) 2014 sampai Desember 2021. Sekarang kontrak saya sudah habis,” tambahnya.

Selama menjadi pelatih kepala tunggal putra Pelatnas PP PBSI, Hendry mendapatkan durasi perpanjangan kontrak per dua tahun. Dan kontrak terakhirnya, habis bulan lalu.

Hendry saat ini ingin beristirahat dari bulu tangkis. Dia mengaku membutuhkan masa jeda setidaknya dalam satu bulan. Sebab, selama tujuh tahun terakhir, pelatih berusia 57 tahun itu merasa sudah cukup menjalani peran sebagai pelatih tim nasional.

Hendry belum bisa memastikan soal masa depannya. Tetapi, besar kemungkinan dia akan kembali ke mantan klubnya, PB Tangkas, untuk melatih bakat-bakat muda Indonesia.

Hendry mengaku kondisi fisik dan mentalnya cukup berat terutama dalam dua tahun terakhir. Perjalanan-perjalanan ke luar negeri memang menyita waktu dan menguras tenaganya. Hal ini semakin pelik karena situasi dunia masih berada dalam cengkeraman Covid-19. “Apalagi saya sempat positif,” ucap Hendry.

Bagi Hendry pribadi, pencapaiannya sebagai pelatih kepala tunggal putra tim nasional sudah cukup memuaskan. Dia berhasil membantu tunggal putra menjadi tulang punggung tim Indonesia untuk meraih Piala Thomas 2020.

Hendry juga mengantarkan Jonatan Christie mendulang emas Asian Games 2018. Selain itu, Hendry juga membantu Anthony Sinisuka Ginting mendapatkan perunggu Olimpiade Tokyo 2020.

Hendry menambahkan bahwa hal lain yang berkesan selama karier kepelatihannya di pelatnas adalah ketika dia mengantarkan Ginting menjadi juara China Open 2018.

Sebab, Ginting merupakan tunggal putra pertama Indonesia yang menjadi kampiun China Open dalam 24 tahun terakhir. Sebelum Ginting, tunggal putra Indonesia yang menjadi juara China Open adalah Alan Budikusuma pada 1994.

Yang juga membekas bagi Hendry selama di pelatnas adalah ketika Jonatan dan Ginting menciptakan All Indonesian Final pada Korea Open 2017. Saat itu, Ginting menjadi juara setelah menang dalam rubber game atas Jonatan.

“Padahal dua tahun sebelumnya, mereka masih junior dan berperingkat 200-an dunia,” ucap Hendry. “Bagi saya, pencapaian itu cukup bagus. Apalagi di Asian Games 2018 kami mendapatkan dua medali (emas dan perunggu, Red),” tambahnya.

Pengalaman membantu Ginting meraih medali Olimpiade Tokyo 2020 juga sangat berkesan bagi Hendry. Sebab, Tokyo 2020 merupakan debut kepelatihannya pada ajang Olimpiade.

“Yang juga banyak dilupakan orang adalah keberhasilan kita meraih hattrick juara team event Asia beruntun pada 2016, 2018, dan 2020,” katanya.

Di sisi lain, Hendry berusaha meluruskan soal rumor yang menyatakan bahwa dia tidak diperbolehkan oleh pengurus PP PBSI untuk mendampingi para pemain tunggal putra di tepi lapangan pada Piala Thomas 2020. Hendry mengakui bahwa dia memang mendapatkan imbauan untuk tidak berada di sisi lapangan.

“Soal tidak mendampingi di sisi lapangan, itu fakta. Tetapi saya kan bawa asisten,” ucap Hendry. “Mungkin saya agak lelah, fokus juga tidak bagus. Hati yang bagus itu sangat penting untuk bisa mendampingi pemain di lapangan. Penting agar tim bisa sukses,” ucapnya.

“Saya pernah dua sampai tiga tahun tidak mendampingi pemain di ajang-ajang superseries. Fine saja. Para pemain juga maksimal,” imbuhnya.

Di sisi lain, Hendry juga membantah isu yang menyatakan bahwa para pemain sudah tidak nyaman dengan pola kepelatihannya.

“Saya denger itu, tetapi tidak saya tanggepin. Pelatih bisa marah, tetapi bukan berarti tim tidak solid. Sampai akhir, ketika pulang dari Thomas, saya yang meng-handle pemain untuk persiapan ke Bali (ajang Indonesia Badminton Festival 2021, Red),” kata Hendry.

“Masak di umur seperti Jonatan dan Ginting bisa tertekan dengan seorang Hendry Saputra? Normalnya ya tidak mungkin,” tambahnya.

Hendry sendiri sangat optimitis para pemain tunggal putra Indonesia bisa lebih berprestasi pada 2022. Dia lantas memberikan dua masukkan penting kepada Ginting dkk. Pertama, pemain harus fokus untuk memperkuat badan, menaikkan massa otot, dan meningkatkan stamina.

Yang kedua adalah sangat fokus dengan apa yang hendak dicapai. Target-target yang sudah dipatok, sebisa mungkin harus bisa dipenuhi.

“Mereka harus maintenance dengan apa yang sudah dimiliki. Mereka sudah punya peringkat. Dulu kontraknya kecil, sekarang kontraknya besar. Itu yang harus dipertahankan,” ucap Hendry.

Sepeninggal Hendry, para pemain tunggal putra Indonesia akan dibesut oleh asisten pelatih, Irwansyah. PP PBSI belum memberikan pengumuman secara resmi, siapa pelatih kepala tunggal putra pelatnas yang baru. (*)

Reporter: JPGroup

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini