Analisis MotoGP Mandalika, Berharap Bastianini Raih Kemenangan

0
60
Rider Gresini Ducati Enea Bastianini segel kemenangan perdananya di MotoGP di GP Qatar. (motogp.com)
Rider Gresini Ducati Enea Bastianini segel kemenangan perdananya di MotoGP di GP Qatar. (motogp.com)

batampos – Hanya berselang beberapa jam setelah kemenangan sensasional Enea Bastianini di balapan pembuka MotoGP Qatar, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengunggah sebuah harapan melalui akun media sosial.

Dia ingin hasil positif tersebut bisa terulang di MotoGP Mandalika akhir pekan ini.

Sebab, ada logo ”Wonderful Indonesia” di winglet motor Ducati Desmosedici GP21, tunggangan rider Italia tersebut.

Ada setidaknya lima brand Indonesia lainnya yang ikut menyokong tim Gresini Racing. Mandalika ini serasa ”balapan kandang” mereka.

Namun, apakah harapan itu bisa terwujud akhir pekan ini? Jika menilik dari sisi layout, Sirkuit Mandalika lebih cocok dengan karakter mesin empat silinder segaris.

Jenis mesin itu dimiliki motor Yamaha YZR-M1 dan Suzuki GSX-RR. Sementara, mayoritas motor di grid MotoGP saat ini didominasi mesin V4. Honda, Aprilia, termasuk Ducati yang ditunggangi Bastianini.

Karakter Sirkuit Mandalika yang cepat dan mengalir tidak terlalu membutuhkan power mesin besar seperti yang dimiliki V4. Trek itu lebih membutuhkan motor-motor yang lincah di tikungan dan mudah dibelokkan.

Bahkan, sektor 2 dan 3, yang difavoritkan banyak rider MotoGP setelah menjajal trek ini di tes pramusim bulan lalu, bisa digeber dengan gaspol.

”Terutama tikungan ke-6–7, bagian yang luar biasa (tikungan yang bisa dilewati dengan menikung tanpa harus mengerem dan bisa tetap membuka gas secara penuh, Red). Trek ini sangat cepat,” kata adik Valentino Rossi, Luca Marini, yang membalap untuk tim Mooney VR46.

Tetapi, itu hanya hitung-hitungan di atas kertas. Apalagi, setelah kemenangan Bastianini di GP Qatar, meminjam kalimat kolumnis Motorsport Magazine Mat Oxley, ”membuat prediksi untuk balapan MotoGP 2022 tidak ada gunanya.”

Tidak ada yang memprediksi bahwa Bastianini bisa menang di Losail. Apalagi, motornya adalah Ducati edisi tahun lalu. Bukan yang terbaru.

Prediksi di MotoGP semakin tidak berguna jika dilakukan pada awal-awal musim. Sebab, seluruh tim peserta belum mengumpulkan banyak data mengenai motor baru mereka.

Karena itu pula, motor belum bisa dikembangkan secara maksimal. Moncernya rider-rider tim satelit atau tim independen biasanya terjadi pada awal-awal musim.

Sebab, motor edisi lawas adalah motor yang sudah dikembangkan semusim penuh. Sebaliknya, motor baru masih harus sering diuji coba.

Itu pula yang terjadi dengan rider-rider tim utama Ducati di Qatar yang pulang membawa nol poin. Program awal musim yang terlalu menjajal suku cadang baru membuat persiapan malah tidak maksimal.

Meski Sirkuit Mandalika disebut-sebut cocok dengan mesin empat silinder segaris, berdasar hasil GP Qatar, Yamaha dan Suzuki belum menunjukkan sinyal tangguh. Juara bertahan MotoGP Fabio Quartararo mengeluhkan performa motornya.

Meski power mesin Suzuki bertambah signifikan seperti yang diinginkan Joan Mir dan Alex Rins, mereka malah mengeluhkan masalah cengkeraman ban belakang yang mudah aus jika dibandingkan dengan tahun lalu. Ini pula yang membuat peta persaingan menjadi sangat cair.

Belum lagi faktor nonteknis lain. Mandalika menuntut kondisi fisik yang sangat fit untuk rider.

Pendeknya trek lurus antara tikungan terakhir (ke-17) dan tikungan pertama mengakibatkan pembalap tidak punya banyak kesempatan untuk ”mengambil napas’’ dan ”beristirahat sejenak”. Atau juga mencuri waktu untuk minum.

Trek lurus itu hanya 507 meter. Bandingkan dengan Losail yang 1.068 meter.

Kemudian, temperatur udara yang menyengat. Di tengah tes pramusim MotoGP di Mandalika bulan lalu, muncul guyonan di paddock: panasnya Mandalika menjadikan Sepang yang sudah terkenal panas terasa ”dingin.”

Suhu panas akan membuat pembalap lebih mudah dehidrasi dan konsentrasi atau fokus bisa berkurang.

Selain itu, hujan masih berpeluang mengguyur. Pada pergelaran WSBK tahun lalu, hujan lebat membuat balapan tertunda. Dan, jika hujan benar-benar terjadi, prediksi tak hanya tidak berguna lagi. Tetapi, hujan itu sendiri yang akan merusak berbagai prediksi.

Karena jika hujan membuat trek basah, semua pembalap mempunyai peluang yang sama. (*)

Reporter: JPGroup

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini