Pengalaman Horor Abel Camara di Stadion Kanjuruhan

0
77
Abel Camara (tengah) menyundul bola ke gawang Persebaya Surabaya pada laga Sabtu malam lalu (1/10). (Arema FC/Instagram)
Abel Camara (tengah) menyundul bola ke gawang Persebaya Surabaya pada laga Sabtu malam lalu (1/10). (Arema FC/Instagram)

batampos – Abel Issa Camara belum genap tiga bulan menikmati atmosfer sepak bola Indonesia. Namun, dia sudah merasakan pengalaman horor. Abel melihat langsung kerusuhan yang menewaskan banyak suporter di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10) lalu.

Awalnya semua terasa menyenangkan bagi Abel Camara. Bomber Arema FC berusia 32 tahun itu sempat mencetak dua gol ke gawang Persebaya Surabaya di babak pertama. Gol yang membangkitkan optimisme pasukan Arema.

Sebab, sebelumnya mereka sempat tertinggal 0-2. Skor pun menjadi 2-2. Sayang, Sho Yamamoto berhasil mencetak gol di menit ke-51. Gol yang menjadi penentu kemenangan Green Force dalam derbi Jatim Sabtu lalu.

Nah, kemenangan rival klasik Arema itulah yang memunculkan suasana horor di Kanjuruhan. Abel pun ikut merasakan ketegangan. Tapi, dia juga paham bahwa duel Arema melawan Persebaya akan berjalan ketat dan menegangkan.

”Ini adalah derbi yang sangat lama dan selama seminggu sudah terasa di seluruh kota. Bahwa ini adalah pertandingan dengan lebih dari tiga poin,” kata Abel dalam wawancara dengan Mais Futebol.

”Mereka bilang ini adalah pertandingan hidup dan mati. Bahwa kita bisa kalah di setiap pertandingan, kecuali yang ini,” ujarnya.

Dan kekalahan membuat situasinya menjadi horor.

”Ada ketegangan. Setelah kalah, kami pergi untuk meminta maaf kepada para penggemar. Mereka mulai memanjat pagar. Lalu, kami berlari ke ruang ganti,” jelasnya.

Beberapa saat kemudian, Abel pun melihat tragedi yang tak pernah dia alami sepanjang kariernya bermain sepak bola.

”Kami mulai mendengar tembakan. Orang-orang yang saling dorong. Kami memiliki orang-orang di dalam ruang ganti yang terkena gas air mata dan meninggal tepat di depan kami. Kami memiliki sekitar tujuh atau delapan orang tewas di ruang ganti,” ungkapnya sedih.

”Ketika kami pergi, ketika semuanya lebih tenang, ada darah, sepatu kets, pakaian di seluruh aula stadion. Ketika kami meninggalkan stadion dengan bus, ada mobil sipil dan polisi yang terbakar,” imbuhnya.

Abel lega karena perjalanan meninggalkan stadion menuju kediamannya aman. ”Kami mengambil mobil dan pulang. Sekarang kami berada di rumah, menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi,” ujarnya. (*)

 

 

Reporter: JPGroup

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini