Pemilik Klub Liga Elite Eropa Bergeser dari Taipan Timur Tengah ke Miliarder Amerika Serikat

0
62
John Textar dalam jumpa pers akuisisi Olympique Lyon. (AFP)
John Textar dalam jumpa pers akuisisi Olympique Lyon. (AFP)

batampos – Tren investor yang membanjiri klub di lima liga elite Eropa mengalami pergeseran. Dari taipan negara-negara Timur Tengah beralih ke miliarder asal Amerika Serikat (AS).

Selama empat tahun terakhir, ekspansi investor asal AS makin membanjiri klub-klub Eropa. Di Premier League saja, separo di antaranya (10 klub) punya investor asal Negeri Paman Sam.

Perkecualian untuk Bundesliga yang memiliki aturan unik 50+1 (suporter dan klub menjadi pemegang saham mayoritas) sehingga tidak ramah bagi investor asing.

Tahun ini sudah ada tiga klub yang menerima investor AS sebagai pemodal mereka. Antara lain, Todd Boehly di Chelsea dan klub peraih scudetto Serie A AC Milan yang dimiliki RedBird Capital Partners.

Yang terbaru, kemarin (22/6) Olympique Lyon (OL) menuntaskan pengalihan saham mayoritas oleh John Textor dari Jean-Michel Aulas. Textor bukan pemain baru dalam investasi klub sepak bola.

Pria 56 tahun itu merupakan pemegang saham mayoritas di Crystal Palace sejak tahun lalu serta telah membeli 90 persen saham klub Brasil Botafogo di awal tahun ini.

”Pengunduran diri mendadak dari Pathe dan IDG (dua pemegang saham OL sebelumnya, Red) kini bisa digantikan Textor yang memiliki ambisi serupa untuk kebanggaan OL di masa depan,” tutur Aulas kepada The Athletic.

Aulas yang memiliki OL sejak 1987 tetap dipercaya sebagai presiden oleh Textor.

Masuknya Textor ke Ligue 1 membuat investor AS di kompetisi tertinggi Prancis itu ada tiga. Sebelumnya, ada Frank McCourt bersama Olympique Marseille dan RedBird bersama Toulouse FC.

Khusus RedBird, perusahaan investasi yang didirikan Gerry Cardinale itu juga menjadi salah satu penyuntik dana di Liverpool FC.

Kepada Sempre Milan, Cardinale mengungkapkan alasan ketertarikan RedBird menanamkan uang sampai ke tiga klub Eropa. Liga yang kompetitif dan glamor tentu saja alasan utama.

Selain itu, ajang antarklub Eropa bergengsi dan prestise seperti Liga Champions dianggap seksi di mata investor AS.

Karena itulah, UEFA sampai membuat ajang antarklub kasta ketiga (Liga Konferensi Europa) sejak musim lalu. Pertimbangannya tentu saja meraup nilai komersial yang belum tergarap.

Nilai tambah sepak bola Eropa bagi mata investor AS juga menyangkut hitung-hitungan finansial yang lebih jelas.

Bahkan bisa diperkirakan sebelum musim baru bergulir. Prize money dan nilai komersial dari hak siar televisi menjadi tolok ukurnya.

Klub dengan tradisi juara seperti Real Madrid, misalnya, bisa meraup hingga Rp 1 triliun per musim hanya dari prize money.

”Di Eropa jauh lebih mudah menemukan cara untuk menjadikannya (sepak bola, Red) sebagai bisnis yang nyata. Salah satu kuncinya ada di bursa transfer.”

”Jika Anda bisa kuat di sana, bisnis Anda akan lebih efisien,” beber investor AS Jordan Gardner yang memiliki klub kasta kedua di Denmark, FC Helsingor, dalam wawancara dengan ESPN. (*)

 

Reporter: JPGroup

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini