Lazio dan Roma masih ’’Menghilang” dari Zona Eropa

0
24
Allenatore AS Roma Jose Mourinho. (FABIO ROSSI/AS ROMA)
Allenatore AS Roma Jose Mourinho. (FABIO ROSSI/AS ROMA)

batampos – Ekspektasi besar berada di pundak Maurizio Sarri dan Jose Mourinho saat jadi pelatih baru di Serie A musim ini.

Dengan rekam jejak sebagai allenatore peraih scudetto dan pemenang kompetisi Eropa, Sarri dan Mourinho sama-sama diharapkan mengantarkan dua klub ibu kota Italia berjaya.

Faktanya, sampai Serie A memasuki paro musim kedua, Lazio maupun Roma masih ’’menghilang” dari zona Eropa. Il Lupi –julukan Roma– terseok-seok di peringkat ketujuh bersama Mourinho.

Sementara itu, Sarri sulit mendongkrak posisi Lazio di atas peringkat kedelapan. Nah, dini hari nanti (10/1), Sarri dan Mou akan menjalani grande partita lawan sesama pelatih baru Serie A musim ini.

Sarri berhadapan dengan mantan allenatore Biancoceleste –julukan Lazio– musim lalu, Simone Inzaghi yang kini menukangi Inter Milan, di Stadio Giuseppe Meazza, Milan.

Kemudian, di Turin, The Special One –julukan Mou– akan bertemu Juventus dan Massimiliano Allegri.

Nah, Sarri dan Mourinho sama-sama dikenal punya filosofi bermain yang khas. Sarri sering mengusung attacking football dengan sentuhan bola cepat antarpemain di Lazio yang kerap disebut Sarri-ball. Sementara itu, Mourinho dikenal dengan gaya pragmatisnya.

Sarri dan Mourinho juga belum mampu membuka tahun 2022 dengan kemenangan di Serie A. Ciro Immobile dkk ditahan Empoli FC 3-3 (6/1).

Di sisi lain, Mourinho gigit jari saat Roma keok 1-3 oleh AC Milan di Stadio San Siro, Milan.

’’Mourinho dan Sarri masuk ke klubnya dengan membawa dimensi permainan yang baru. Keduanya butuh waktu dan kepercayaan,’’ ujar Gianfranco Zola, mantan asisten Sarri semasa di Chelsea yang juga berprofesi sebagai pundit beIN Sports.

Zola memahami kesulitan yang dirasakan penggawa Lazio. Menurut dia, itu persis seperti ketika Mister 33 –julukan Sarri– menangani Chelsea.

Di balik suksesnya memberikan trofi juara Liga Europa kepada Chelsea musim 2018–2019 dan mengamankan empat besar di Premier League, permainan The Blues –julukan Chelsea– angin-anginan.

Chelsea gagal menyerap gaya permainan Sarri-ball di musim 2018–2019. Cesar Azpilicueta dkk gagal mencapai keseimbangan permainan. Lemah dalam menyerang, bobrok dalam bertahan. Sama persis dengan statistik Lazio di Serie A musim ini. ’’Lazio merasakan kesulitan serupa dengan Chelsea,’’ ucapnya.

Begitu pula dengan Il Lupi. Di tangan pelatih yang menjuarai Liga Champions dua kali (2003–2004 dan 2009–2010) itu, Roma di Serie A musim ini hanya menciptakan 32 gol dan kemasukan 24 gol dari 20 giornata pertama.

Itu masih jauh dari musim lalu ketika menciptakan 44 gol dan kebobolan 33 gol dalam 20 laga pertama Serie A. ’’Percayalah, ini bagian dari perkembangan mereka,’’ klaim Zola.

Memasukkan dimensi permainan berbeda itulah yang tidak dilakukan Simone Inzaghi di Inter Milan.

Sebab, di klub sebelumnya, SS Lazio, Simo –sapaan Inzaghi– memiliki aspek permainan yang hampir sama seperti Inter. Lazio dan Nerazzurri –julukan Inter– memainkan skema tiga bek.

Saat meraih scudetto pada era Antonio Conte musim lalu, Inter juga dikenal sebagai klub yang menitikberatkan kekuatan pertahanan dalam menyerang lawan.

Simo musim ini hanya tinggal meneruskan capaian The Godfather, julukan Conte. ’’Tanpa Conte, Simo akan sulit mengendalikan Inter. Tapi, kredit besar tetap untuk Simo,’’ puji mantan bek Inter Daniele Adani kepada Corriere della Sera. (*)

Reporter: JPGroup

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini