batampos – Mega bintang Sepak Bola Indonesia sekaligus kapten Timnas Senior Indonesia saat ini, Asnawi Mangkualam Bahar baru-baru ini menceritakan kisah perjalanan karir sepak bola nya.
Pada konten Sportcast77 yang dimiliki akun YouTube Sport77, Kapten Timnas Indonesia itu membagikan pengalaman dirinya berkarir sebagai pesepakbola nasional.
Asnawi Mangkualam yang kita kenal sebagai salah satu pemain andalan Timnas Indonesia bercerita bahwa perjalanan karir sebagai pesepakbola-nya dimulai sejak dirinya menginjak umur 10 tahun dengan bergabung ke Sekolah Sepak Bola yang didirikan ayahnya yang merupakan legenda sepak bola Indonesia, Bahar Muharram.
Selama bergabung dengan Sekolah Sepak Bola besutan ayah kandungnya sendiri, dirinya juga mengaku bahwa sang ayah juga yang melatih dirinya selama menjalani sekolah sepak bola di Makasar.
Hasil dari pengalaman Asnawi menjajaki sekolah sepak bolanya sendiri menghasilkan dirinya bergabung kedalam perwakilan PON Sulawesi Selatan dan berhasil menggapai final meski saat itu tim PON Sulsel yang dibelanya gagal menjadi juara.
Kemudian, Asnawi bercerita setelah dari PON dirinya langsung ditawarkan untuk bergabung bersama salah satu tim besar Kalimantan yaitu Persiba Balikpapan. Pada usia yang terbilang cukup muda (17 tahun) Asnawi Mangkualam mampu menembus skuat utama Persiba Balikpapan dan tak jarang berduet langsung dengan salah satu legenda sepak bola Indonesia, Bima Sakti.
Ketika ditanya soal pengalaman dirinya selama membela Persiba Balikpapan, Asnawi Mangkualam mengaku tidak memiliki pressure apapun meski jauh dari kampung halaman dan juga berduet dilini tengah Bersama Bima Sakti.
“Tidak ada malah, kan senang bisa bermain dengan mas Bima,” ujar Asnawi.
“Jadi waktu itu dikasih tawaran langsung senang, karena ada mas Bima dan banyak orang Makasar juga di Persiba, jadi banyak yang bantu juga,” lanjut Asnawi menceritakan dirinya saat awal gabung Persiba Balikpapan.
Setelah menjalani karir professional nya sebagai pesepakbola di Persiba Balikpapan, Asnawi Mangkualam bercerita dirinya sempat akan bertahan di Persiba Balikpapan karena pihak klub telah menawarkan perpanjangan kontrak untuk dirinya.
Namun dilain hal, Asnawi Mangkualam bercerita sempat bertengkar dengan sang Ayah perihal dirinya yang diminta untuk “pulang” ke Makasar oleh sang ayah yang saat itu merupakan asisten pelatih PSM Makasar.
Pemain muda terbaik Piala Indonesia 2019 itu mengaku tidak ingin pulang ke Makasar dan bergabung dengan PSM dikarenakan tidak ingin dianggap masuk ke dalam tim PSM Makasar karena adanya faktor sang ayah.
Asnawi Mangkualam juga mengaku bahwa dirinya dengan sang ayah sempat tidak berbicara satu sama lain selama 2 minggu karena paksaan dari sang ayah yang meminta Asnawi untuk mengikuti seleksi tim PSM Makasar.
“Aku tuh ada 2 minggu tidak bicara dengan ayah saya, soalnya dia selalu memaksa untuk ikut seleksi PSM.” Asnawi bercerita soal pengalaman saling tidak bicara dengan sang ayah.
Bahar Muharram selaku ayah dari Asnawi Mangkualam saat itu menginginkan anaknya untuk “pulang” dan mengikuti seleksi tim PSM Makasar, akan tetapi sekali lagi Kapten Timnas Senior menolak sampai-sampai tidak ingin turun ke lantai bawah tempat tinggalnya karena menghindari ajakan sang ayah.
“Jadi h-1 sebelum PSM Latihan itu aku belum juga ambil keputusan, masih di dalam kamar saja, gamau aku turun ke bawah. Karena tiap turun ke bawah bahasannya itu-itu saja,” ujar Asnawi.
Asnawi sendiri mengaku sebenarnya sangat mengingikan bergabung bersama tim PSM Makasar saat itu, namun yang menjadi permasalahan adalah sang ayah sendiri yang membuat dirinya enggan untuk segera ikut seleksi dikarenakan tidak ingin ada tanggapan orang lain soal hubungan ayah dan anak didalam satu tim.
Namun berjalannya waktu, Asnawi akhirnya memutuskan untuk tetap ikut seleksi tim PSM Makasar dikarenakan faktor sang ayah yang saat itu tidak ingin mengajak bicara Asnawi. Sebagai anak, Asnawi akhirnya mengalah dan ikut seleksi tim PSM Makasar dan sampai mendapatkan kontrak bersama tim utama besutan Robert Rene Alberts.
Setelah menjalani karir selama 4 tahun bersama tim berjuluk Juku Eja tersebut, Asnawi Mangkualam dipinang oleh klub kasta kedua liga Korea Selatan, Ansan Greeners.
Dirinya mengaku banyak tantangan yang didapatkan saat dirinya memulai karir sepak bola di luar negeri. Mulai dari dirinya yang harus beradaptasi karena harus tinggal sendiri, makanan yang notabene non-halal, sampai adaptasi Bahasa.
Tak hanya itu, Asnawi membagikan cerita dirinya berkarir sepak bola di Korea yang mendapatkan pendapatan jauh lebih rendah ketimbang pendapatan yang dterimanya jika berkarir didalam negeri.
Bahkan sesaat sebelum memutuskan untuk menerima pinangan tim asal korea selatan tersebut, Asnawi tidak mendapatkan dukungan penuh dari keluarga karena faktor dari pendapatan yang terbilang kecil.
“Ya keluarga sebenarnya tidak setuju mereka. Soalnya gajinya kan kecil. Sempat berdebat juga sama orang tua, tapi setelah aku kasih penjelasan mereka mulai paham dan sampai saat ini diberi support” Asnawi menceritakan pengalamannya kepada host podcast Sport77.
Kapten Timnas Senior inipun memberikan motivasi untuk pemain muda yang ingin mengikuti jejak karir sepak bolanya untuk berkarir diluar negeri. Bahwa kesempatan sebagai pesepakbola nasional itu sangatlah sulit untuk mendapatkan bermain di luar negeri.
Dirinya menambahkan bahwa saat itu yang dipikirkan hanya fokus kepada karir sepakbolanya tanpa peduli akan pendapatan yang nantinya diterima sangat kecil.
“Ya alasannya susah kan mendapatkan kesempatan pemain Indonesia dapat kesempatan main keluar, ada yang mendapat kesempatan tetapi bermasalah dengan gaji dan lain-lain yang tidak cocok,” ujar Asnawi.
“Sedangkan aku dapat kesempatan itu kenapa engga, soalnya memang cita-cita dari kecil mau berkarir di luar. Pada kesempatan itu tidak ada berpikir panjang lagi soal gaji,” kata Asnawi menambahkan keputusannya menerima pinangan untuk berkarir di luar negeri.
Pada saat awal musim 2023, Asnawi Mangkualam resmi bergabung ke dalam tim K League 2 yaitu Jeonnam Dragons dan telah memainkan sebanyak 16 pertandingan resmi bersama tim asal Gwangyang, Korea Selatan. (*)