AS Roma vs Feyenoord Rotterdam: Mourinho Berada di Ambang Rekor

0
43
Allenatore AS Roma Jose Mourinho. (FABIO ROSSI/AS ROMA)
Allenatore AS Roma Jose Mourinho. (FABIO ROSSI/AS ROMA)

batampos – Tetes air mata Jose Mourinho setelah AS Roma mengalahkan Leicester City di Stadio Olimpico (6/5) punya arti mendalam.

Meski baru musim ini menangani AS Roma, ikatan emosional Mourinho dengan klub berjuluk Giallorossi itu sudah tertaut.

Tangis Mourinho setelah wasit asal Serbia Srdan Jovanovic meniup peluit panjang tersebut juga menandai momen penting bagi AS Roma.

Mourinho berhasil membawa AS Roma ke final pertama di kompetisi antarklub Eropa sejak Piala UEFA 1990–1991.

Pada 31 tahun silam, AS Roma kalah agregat 1-2 oleh Inter Milan. AS Roma juga pernah tampil dalam final European Cup 1983–1984, tetapi gagal juara. Giallorossi kalah adu penalti 2-4 oleh Liverpool FC meski laga dimainkan di Stadio Olimpico.

Satu-satunya gelar AS Roma di ajang Eropa adalah Inter-Cities Fairs Cup 1960–1961 setelah mengatasi perlawanan Birmingham City.

Tapi, Inter-Cities Fairs Cup memang tidak pernah dianggap sebagai ajang penting karena ide berasal dari FIFA, bukan UEFA.

”Klub sebesar ini (AS Roma) sudah lama tidak juara dan hal itu sangat aneh,” ungkap Mourinho jelang final Liga Konferensi Europa 2021–2022 melawan Feyenoord Rotterdam di Arena Kombetare, Tirana, dini hari nanti (siaran langsung SCTV/Champions TV 1/Vidio pukul 02.00 WIB).

Seperti dilansir La Gazzetta dello Sport, Mourinho menyebut gelar Liga Konferensi Europa tak hanya berarti bagi AS Roma, tetapi juga dirinya dan Romanisti.

Untuk capaian personal, Mourinho berada di ambang rekor sebagai pelatih yang bisa menyandingkan gelar di tiga kompetisi antarklub Eropa.

Yaitu, Liga Champions (bersama FC Porto 2003–2004 dan Inter Milan 2009–2010), Liga Europa (Manchester United 2016–2017), serta Liga Konferensi Europa.

Trofi Liga Konferensi Europa tentu akan membuat Romanisti menempatkan Mourinho sebagai salah satu pelatih yang dicintai oleh mereka.

Seperti Mourinho yang masih dicintai oleh Interisti. Raihan treble winners Nerazzurri asuhan Mourinho pada musim 2009–2010 adalah alasannya.

Rapor bagus Mourinho yang selalu menang dalam final ajang Eropa adalah faktor nonteknis bagus untuk AS Roma.

’’Aku cukup beruntung dengan statistikku. Laga final selalu 50:50. Tetapi, kami akan lakukan yang terbaik untuk membuatnya jadi 51:49,” beber Mourinho di laman UEFA.

Di sisi lain, misi yang diusung Feyenoord dini hari nanti juga tidak bisa dianggap sepele. Satu di antara big three Eredivisie (selain AFC Ajax dan PSV Eindhoven) itu tinggal selangkah lagi jadi tim Belanda yang menang di ajang Eropa dalam dua dekade terakhir.

Uniknya, tim Belanda terakhir yang juara di Eropa adalah Feyenoord ketika mengalahkan Borussia Dortmund pada final Piala UEFA 2001–2002.

Pelatih Feyenoord Arne Slot mengakui bahwa keberadaan Mourinho yang memiliki catatan hebat di final Eropa bisa memberi keuntungan moral bagi AS Roma.

”CV-nya (Mourinho, Red) telah mengatakan segalanya. Dia jagoan di final (Eropa, Red). Tetapi, hanya tim terbaik yang bisa lolos ke final. Jadi, AS Roma juga akan menghadapi laga berat,’’ beber Slot seperti dilansir talkSPORT. (*)

 

Reporter: JPGroup

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini