Jumat, 22 November 2024

Ahsan/Hendra akan Tetap Bermain pada Musim 2023

Berita Terkait

Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan menjadi runner-up BWF World Tour Finals 2022. (Humas PP PBSI)

batampos – Julukan spesialis runner-up, tampaknya, sudah melekat ke pasangan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.

Betapa tidak, mereka sudah lima kali tampil di final sepanjang 2022 ini. Hasilnya? Lima kali juga ganda putra berjuluk The Daddies itu harus puas berada di posisi runner-up.

Terakhir dirasakan saat BWF World Tour Finals (WTF) 2022 kemarin (11/12). The Daddies takluk oleh andalan Tiongkok Liu Yuchen/Ou Xuanyi 17-21, 21-19, 12-21 saat berhadapan di Nimibutr Arena, Bangkok, Thailand.

Ahsan/Hendra tak hanya gagal menutup musim 2022 dengan manis. Tapi sekaligus gagal mengulang memori manis saat juara WTF pada edisi 2019. Saat itu mereka mengalahkan ganda Jepang Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe 24-22, 21-19.

Baca Juga: PSM Makassar Satu-satunya Tim yang Belum Terkalahkan, Puncaki Klasemen Liga 1

Kegagalan di final WTF 2022 sama seperti ketika mereka kalah di edisi 2020. Mereka dikalahkan ganda Taiwan Lee Yang/Wang Chi Lin 17-21, 21-23.

Hendra mengakui bahwa lawan bermain lebih baik. Strategi yang diterapkan juga tak berjalan baik.

”Bola kami sudah terbaca oleh mereka. Kami kalah di lapangan depan,” ujarnya kemarin. ”Bersyukur alhamdulillah bisa masuk final di kejuaraan ini. Kami juga mengakui hari ini (kemarin) lawan bermain lebih baik,” timpal Ahsan.

Ahsan menambahkan, secara permainan sebetulnya mereka sudah mengeluarkan semua yang terbaik. ”Di game kedua kami sudah tertinggal jauh, tapi tidak mau menyerah begitu saja. Kami terus mencoba sebisa mungkin. Dan ketika kami mendekati poin mereka, mereka terlihat agak goyang dan akhirnya bisa tersusul,” ucapnya.

Baca Juga: Persaingan Top Five Liga 1 Sangat Ketat

Namun, di game ketiga situasi terbalik. The Daddies yang sempat unggul akhirnya terkejar hingga tertinggal 9-11 di interval. Momen disalip lawan itu menjadi petaka. Sebab, setelah itu mereka hilang fokus dan melakukan banyak kesalahan sendiri.

”Tadi memang niatnya harus mengadu di depan dan bola-bola drive. Karena kalau terlalu banyak mengangkat, defense kami juga tidak kuat-kuat amat,” ungkap Hendra.

Meski harus merasakan kalah di final lima kali tahun ini, Ahsan menilai secara keseluruhan sudah bagus. ”Kami sangat bersyukur masih bisa beberapa kali final walau hasilnya selalu runner-up. Kami tahu usia kami sudah tidak muda lagi. Jadi, ini merupakan capaian yang bagus,” ujarnya.

Lantaran usia yang sudah semakin matang, Hendra juga tak ingin terlalu memikirkan bagaimana pada 2023. Yang pasti, tahun depan The Daddies tetap bermain.

”Di 2023 kami masih akan main walau umur semakin tua. Hanya, tidak akan mematok target apa-apa. Kami mau menikmati setiap pertandingan saja,” kata Hendra yang sudah menapaki usia 38 tahun pada 25 Agustus lalu.

Baca Juga: Pelatih Maroko Sebut Kemenangan atas Portugal Bukan Keajaiban

Anthony Sinisuka Ginting juga gagal di final WTF keduanya. Dia kembali takluk oleh wakil Denmark Viktor Axelsen 13-21, 14-21. Hasil itu membuat rekor Ginting dengan Axelsen semakin timpang dengan 4-11.

Sementara itu, enam kali sudah Ginting takluk oleh Axelsen di enam pertemuan sepanjang 2022.

”Meskipun hari ini (kemarin) kalah, so far performa minggu ini cukup memuaskan. Bisa sesuai ekspektasi dan bisa sesuai dengan yang dipersiapkan,” ucap Ginting.

Pemain kelahiran Cimahi itu menuturkan, di pertandingan tadi dirinya sudah mencoba melakukan yang terbaik. Hanya, kondisi lapangan dan bola membuatnya kesulitan dan tidak bisa berbuat banyak.

”Maksudnya memang harus lebih sabar lagi. Saya mau menerapkan permainan reli seperti yang Prannoy H.S. dan Kodai Naraoka (dua lawan Axelsen sebelumnya) lakukan melawan Axelsen. Tapi sayang tidak berjalan dengan baik,” ujarnya. (*)

 

 

Reporter: JPGroup

Update