batampos.co.id – Valentino Rossi menutup karir balapnya di pentas grand prix sepanjang 26 tahun, Minggu (14/11) dengan tenang. Dia meninggalkan warisan penting. Itu adalah akademi balap miliknya VR46 Academy. Sekolah balap di Tavullia itu bak mata air, yang akan terus menjadi sumber munculnya pembalap-pembalap handal di pentas grand prix dari negara asal Rossi, Italia.
Rossi membangun akademi tersebut pada 2013. Ada yang mengusik hatinya saat itu. Yakni dominasi pembalap-pembalap Spanyol yang makin menjadi-jadi di pentas grand prix. Hati kecilnya berkata, pemuda-pemuda Italia juga mampu menyaingi dominasi para pembalap Spanyol jika ada wadah yang membimbing mereka dengan baik sejak junior.
Delapan tahun berselang, impian Rossi itu sudah menjadi kenyataan. Salah satu momen besar yang membuktikan juara dunia grand prix sembilan kali itu mampu menelurkan pembalap-pembalap Italia handal adalah GP San Marino musim lalu.
Saat itu, empat pembalap jebolan VR46 Academy berdiri di podium satu dan dua pada kelas MotoGP dan Moto2. Di sirkuit Misano tersebut, Franco Morbidelli menjadi kampiun ditemani Francesco Bagnaia di podium kedua. Sementara di Moto2, ada adik tiri Rossi, Luca Marini yang menjadi kampiun ditemani Marco Bezzecchi di posisi runner up.
Kini, jebolan Academy VR46 makin berbicara banyak di pentas grand prix. Mereka tersebar dari MotoGP hingga Moto3. Selain Morbidelli, Bagnaia, Marini, maupun Bezzecchi, banyak nama-nama lain seperti Nicolo Bulega, Niccolo Antonelli, Andrea Migno, Celestino Vietti, Lorenzo Baldassarri, Stefano Manzi, maupun Dennis Foggia yang telah menembus grand prix.
”Valentino membangun banyak fasilitas untuk kami. Di sana kami belajar menjadi pembalap profesional sekaligus atlet yang baik,” ucap Morbidelii yang saat ini membela tim pabrikan Yamaha di MotoGP, Monster Energy Yamaha, dilansir motorsportmagazine.
Pembalap 26 tahun itu menambahkan, Rossi sama sekali tidak membatasi ilmu yang dia bagi. The Doctor (julukan Rossi) sengaja membiarkan fasilitas dan seluruh pengetahuannya di dunia balap diserap maksimal oleh anak-anak didiknya.
”Vale adalah guru kami. Tapi dia juga seorang teman. Aku suka memanggilnya sebagai paman besarku. Dia telah menyatukan kami. Membiarkan kami mengembangkan keterampilan alami kami dengan maksimal,” tambahnya.
Tahun depan, impian Rossi makin sempurna terwujud. VR46 kini sudah bertransformasi sebagai tim balap profesional. Musim depan tim itu pun telah dipastikan mendapat slot di kelas premier untuk bertarung dengan dua motor. Keinginan menonjolkan Italia di pentas grand prix makin kental dengan menggandeng Ducati, yang merupakan pabrikan Italia sebagai pemasok motor mereka.
Di Moto2, VR46 juga mendapat suntikan segar. Kemarin, Yamaha mengumumkan mereka akan bekerja sama dengan Rossi dalam menjalankan tim tersebut secara keseluruhan. Ini adalah bentuk nyata kolaborasi Yamaha dan Rossi untuk mengantar pembalap-pembalap muda berbakat ke pentas grand prix.
”Kerja sama ini muncul dari pembicaraan Valentino dan Lin Jarvis (Bos Yamaha). Kami ingin membantu pembalap-pembalap muda Yamaha di seluruh dunia mengembangkan potensinya dengan maksimal. Seperti Rossi yang telah melakukan itu untuk pembalap-pembalap lokal Italia di VR46 Academy,” ucap Alessio Salucci, Direktur VR46 Academy dilansir Motorsport.
Di persaingan MotoGP, kemunculan juara dunia jebolan akademi Rossi tampaknya juga tidak akan lama lagi. Musim ini, Bagnaia yang membalap untuk Ducati sudah membuktikan talenta besarnya. Andai saja tidak terjatuh di GP Emilia Romagna (24/10), Bagnaia mungkin bisa saja merebut juara dunia MotoGP 2021 dari tangan Fabio Quartararo.
Hal itulah akan dicoba Bagnaia kembali musim depan. Dan jika terwujud, impian Rossi meninggikan nama Italia di MotoGP menandingi Spanyol akan paripurna. Bagnaia punya peluang besar menjadi pembalap Italia yang menjadi juara dunia dengan motor pabrikan Italia sendiri. Hal yang belum bisa diwujudkan Rossi sepanjang karirnya. (*)
Reporter: JP GROUP