Timnas Maroko Catat Sejarah, Raja Mohammed VI: Mereka Telah Memuliakan Rakyat

0
43
Para pemain Maroko melakukan sujud syukur setelah kekalahan atas Prancis pada semifinal Piala Dunia 2022. (Adrian Dennis/AFP)
Para pemain Maroko melakukan sujud syukur setelah kekalahan atas Prancis pada semifinal Piala Dunia 2022. (Adrian Dennis/AFP)

batampos – Warga Maroko menyambut hangat pencapaian bersejarah tim nasional mereka di Piala Dunia 2021 Qatar. Maroko sendiri terhenti pada babak semifinal, kalah 0-2 dari juara bertahan Prancis.

“Mereka bermain sangat baik tapi keberuntungan tidak berada pada pihak kami,” kata seorang pendukung Maroko bernama Oussama Abdouh di Casablanca seperti dilansir AFP. “Meski demikian, kami menghadapi dengan gagah sang juara bertahan, itu luar biasa.”

“Di luar Piala Dunia, tim ini membuat kami terus bermimpi, dan oleh karena itu, saya angkat topi untuk mereka,” tambahnya.

Baca Juga: Tampil Gemilang di Piala Dunia, Spurs Siapkan Rp 838 M untuk Boyong Amrabat

Sementara itu, bagi pendukung lainnya, Hakim Salama, kekalahan 0-2 dari Prancis itu terlalu berat. “Kami melewatkan kesempatan terbaik yang ada pada abad ini,” kata dia.

Hujan menerpa ibukota Rabat pada Rabu malam. Dan atmosfer di sana, dilambari kegembiraan atas keberhasilan bersejarah Singa Atlas di Piala Dunia. Mereka menjadi tim Afrika dan Arab pertama yang mencapai titik sejauh ini di pentas dunia.

“Timnas telah membuat keajaiban sejak awal Piala Dunia,” kata Rachid Sabbiq, seorang pedagang di distrik Derb Sultan, Casablanca, sebelum laga.

“Tidak masalah apakah mereka menang atau kalah, mereka telah memenangi rasa hormat dan kekaguman dari semua warga Maroko, dan itu tidak ada bandingannya,” tambahnya.

Baca Juga: Lifter Muda Indonesia Raih Emas di Kejuaraan Dunia IWF Kolombia 2022

Sabbiq yang biasa berjualan cemilan manis mengganti dagangannya menjadi bendera Maroko.

Meski negaranya kalah, pemimpin Maroko Raja Mohammed VI mengirim ucapan “selamat yang hangat” kepada seluruh timnas mereka karena telah “memuliakan rakyat Maroko”, demikian seperti dilansir kantor berita setempat MAP.

Sang raja juga mengucapkan selamat kepada presiden Prancis Emmanuel Macron lewat telepon pasca pertandingan. “Mereka membuat kami bermimpi.”

Salah satu lingkungan tertua di Casablanca, Derb Sultan merupakan benteng perlawanan terhadap otoritas kolonial ketika kerajaan Afrika Utara itu menjadi protektorat Prancis dari tahun 1912 hingga 1956.

Baca Juga: Menanti (Anti) Klimaks Messi di Final Piala Dunia 2022

Dia juga tempat berdirinya salah satu tim top Maroko, Raja de Casablanca, yang melahirkan striker legendaris Mohamed Jarir (alias Houmane), yang pada 1970 menjadi orang Maroko pertama yang mencetak gol di Piala Dunia.

“Di lingkungan ini, kami mencintai sepak bola, jadi tentunya kemenangan tim nasional membuat kami bermimpi,” kata seorang pemuda bernama Mohamed Nadifi yang mengidolakan pemain sayap Sofiane Boufal.

Kiprah timnas di Piala Dunia juga telah menggerakkan ekonomi di Maroko di mana toko-toko kini banyak yang menjual jersey dan bendera negara mereka.

“Sang Singa tidak hanya membuat kami senang tapi juga membuat bisnis berjalan lagi” di tengah kesulitan ekonomi yang dialami sebagian besar warga Maroko, kata seorang pedagang Khalid Alaoui.

Touria Matrogui memberanikan diri menerjang hujan deras untuk membeli jersey kebesaran timnas Maroko bagi keempat keponakannya.

“Mereka telah mengibarkan tinggi bendera Maroko, dan oleh karena itu, kami sangat berterima kasih kepada mereka,” kata dia.

Dukungan internasional

Kesuksesan timnas Maroko juga mendapat dukungan dari berbagai belahan benua. “Maroko telah membuat seluruh benua ini bangga,” kata Sidibey Zoumana, asal Pantai Gading, yang telah tinggal di negara itu sejak 2018.

“Saya telah menyaksikan kemajuan mereka seolah-olah itu adalah negara saya sendiri.”

Dari Gaza ke Senegal, kesuksesan timnas itu telah mentransformasi wajah dari Maroko. “Mereka membuktikan bahwa tim Afrika bisa maju dan benar-benar bersaing,” kata Said Mohssine (48) seusai pertandingan.

Baca Juga: Selebrasi Penguin Hakimi untuk Sergio Ramos

Bagi yang lain, laga itu sedikit berbau politik, karena datang di tengah pertikaian diplomatik antara Paris dan Rabat atas masalah Sahara Barat yang selalu diperdebatkan.

Beberapa penggemar sangat kecewa, karena maskapai nasional Royal Air Maroc terpaksa membatalkan penerbangan tambahan untuk para fan ke Qatar hanya beberapa jam setelah mengumumkannya.

Mereka yang sudah tiba di negara Teluk itu juga tidak mendapat tiket yang telah dijanjikan kepada mereka.

Beberapa menuduh staf federasi sepak bola Maroko membagikan tiket yang dimaksud kepada teman dan keluarga mereka. (*)

 

 

Reporter: JPGroup

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini