batampos – Indonesia kembali jadi runner-up di Piala AFF 2020. Tapi, skuad Garuda di bawah penanganan Shin Tae-yong yang rata-rata muda usia dinilai punya potensi besar.
Lalu, apa saja rencana berikutnya pelatih asal Korea Selatan itu? Berikut wawancara khusus wartawan Jawa Pos Ali Mahrus dengan Shin Tae-yong kemarin.
Timnas bermain di Piala AFF U-23 Februari nanti. Pemain yang merumput di luar negeri tidak bisa ikut. Apakah berharap mereka bisa bergabung atau menyeleksi pemain baru?
Untuk Piala AFF U-23 bulan depan, kami memang menyiapkan pemain dari Liga Indonesia. Apalagi, itu tidak masuk FIFA matchday. Jadi, kami tidak bisa memanggil pemain yang bermain di luar negeri. Memang dari klub (Liga 1) sangat baik mau melepas pemain selama satu bulan untuk Piala AFF 2020. Jadi, sebenarnya harus ada koordinasi yang baik dengan klub-klub di Indonesia. Artinya, harus sama-sama menghargai.
Jadi, Piala AFF U-23 hanya akan menggunakan pemain yang bermain di Liga 1?
Kami bisa memanggil pemain (yang merumput di luar negeri) untuk event lainnya seperti SEA Games dan Piala Asia 2023. Jadi, untuk Februari nanti, memang federasi harus membantu kami berkoordinasi dengan pemain dari kkub Liga Indonesia.
Untuk pemain (yang merumput) di luar negeri, kami harus mengalah. Karena mereka sudah melepas pemainnya saat AFF Desember lalu. Jadi, agar bisa memanggil mereka lagi, kami harus berkomunikasi dengan klub mereka. Agar bisa kami panggil saat SEA Games atau Piala Asia. Tapi, untuk turnamen Piala AFF di Kamboja, kami akan persiapkan pemain dari dalam negeri saja.
Untuk Piala Asia 2023, Asnawi Mangkualam sempat mengatakan bahwa target Anda adalah membawa timnas lolos ke putaran final. Apakah Piala Asia 2023 itu prioritas Anda?
Saya rasa di setiap turnamen itu pasti ada target. Jadi, bukan hanya di Piala Asia 2023. Tapi, setiap turnamen itu penting. Karena itu, kami berusaha mendapatkan prestasi terbaik di setiap turnamen. Tidak ada istilahnya turnamen ini penting, sementara turnamen itu tidak penting. Bagi saya, semua penting. Jadi, pasti akan berusaha untuk dapat prestasi di setiap turnamen.
Kabarnya juga akan ada pemain naturalisasi? Ada berapa pemain dan di posisi apa saja?
Sebenarnya tidak pas kata ’’naturalisasi’’. Karena memang bukan dinaturalisasi. Tapi, lebih tepat memakai kata ’’ganti kewarganegaraan’’ saja. Karena ini bukan naturalisasi pemain luar negeri jadi pemain Indonesia. Tapi, pemain luar negeri yang ada darah atau keturunan Indonesia. Pemain seperti itu yang kami cari. Sebenarnya ada tiga atau empat pemain yang saya minta kepada federasi. Dan, sampai saat ini proses ganti warga negara sudah mau selesai. Jadi, untuk FIFA matchday Januari ini, saya inginnya sudah ada dua atau tiga pemain keturunan yang tampil.
Untuk pemain keturunan yang akan jadi WNI itu, apa posisi yang paling dibutuhkan? Belakang, tengah, atau striker?
Jujur, saya ingin mencari striker. Tapi, sampai saat ini memang belum ditemukan striker yang baik di luar negeri. Saat ini yang dinaturalisasi stoper dan gelandang bertahan.
Terkait pemain Indonesia yang bermain di luar negeri seperti Witan (Sulaeman), Egy (Maulana), dan Elkan (Baggot), menurut Anda, apa perbedaan mereka dari sisi kualitas dibanding dengan pemain yang berlaga di Liga Indonesia?
Witan, Egy, dan Elkan bukan kualitasnya lebih baik dari pemain lokal, tapi di dalam lapangan mereka lebih mau bekerja keras. Mereka tidak mudah menyerah. Itu yang jadi motivasi bagi pemain lokal yang masih bermain di Liga Indonesia. Saya jujur mau minta tolong kepada pemain di Liga 1 agar mereka tidak menyerah dengan mudah sampai laga benar-benar selesai. Walaupun cuaca panas sekalipun. (*)
Reporter: JPGroup