Puluhan Ribu Seragam Relawan Olimpiade Tak Terpakai, Jepang Kebingungan

0
33
Kotak kardus berisi seragam yang tidak dipakai untuk relawan Olimpiade Tokyo 2020 di Yokohama, Jumat (1/10). (Kyodo)

batampos.co.id – Hasil survei media Jepang Kyodo News menunjukkan bahwa seragam untuk sekitar 28 ribu relawan di Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo tidak dipakai.

Hal itu terjadi karena banyak relawan yang mengundurkan diri menyusul penjadwalan ulang perhelatan empat tahunan tersebut sampai satu tahun akibat pandemi COVID-19.

Kota-kota di Jepang yang disurvei tersebut sekarang sedang berjuang menemukan cara untuk menggunakan barang-barang Olimpiade Tokyo 2020, yang dibeli dengan uang pajak.

Lebih dari JPY 1,7 miliar atau sekitar Rp216 triliun dihabiskan untuk pengadaan seragam, yang pada awalnya dipersiapkan untuk 48 ribu relawan.

Kotak kardus berisi seragam yang tidak dipakai untuk relawan Olimpiade Tokyo 2020 di Yokohama, Jumat (1/10). (Kyodo)

Survei tersebut menemukan bahwa 11 kota, termasuk Tokyo, prefektur Chiba. dan Saitama yang berada di dekatnya, memiliki masalah yang sama dengan seragam yang tidak digunakan.

Pemerintah daerah membeli seragam tersebut langsung dari pembuat pakaian olahraga Asics, salah satu sponsor pertandingan.

Biaya satu set seragam bervariasi antara JPY 22.000-40 ribu atau sekitar Rp2,8 juta-Rp5 juta, tergantung pada item apa yang disertakan.

Khusus Tokyo ada sekitar 21 ribu pasang sepatu dan 23 ribu kaos polo yang tidak terpakai. Sementara itu, Saitama masih menyimpan seragam yang tidak terpakai untuk sekitar 2.000 orang. Kemudian Chiba dengan setidaknya 1.200 orang.

Di prefektur Miyagi dan Fukushima di timur laut Jepang, masing-masing ada sekitar 1.000 dan 800 set seragam yang tidak terpakai.

Di Fukushima, pemerintah setempat harus menyimpan barang-barang tersebut di gudang yang biaya sewanya puluhan ribu yen per bulan.

Karena seragam tersebut memiliki lambang Olimpiade dan kepatuhan untuk tunduk pada aturan ketat dari panitia penyelenggara, beberapa kota meminta penyelenggara untuk memberi mereka pedoman tentang cara menangani barang-barang tersebut.

“Kami menghabiskan banyak uang dan energi. Kami ingin panitia penyelenggara bekerja sama untuk mengatasi masalah ini,” kata seorang pejabat pemerintah prefektur Miyagi, dikutip dari Kyodo, Minggu.

Namun, komite Olimpiade setempat seakan melempar tanggung jawab setelah seorang pejabat mengatakan bahwa apa yang harus dilakukan dengan seragam seperti itu tergantung pada pemerintah kota yang menandatangani kontrak dengan Asics.

Sapporo, yang berada di utara Jepang, misalnya, telah mendonasikan sekitar 100 dari 145 seragam ke sejumlah institusi.

Salah satunya sekolah untuk tunanetra di luar negeri, yang telah mengadakan sesi interaktif online dengan atlet bola gawang, olahraga yang dimainkan oleh penyandang tunanetra. (*)

Reporter: Antara

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini