batampos – Tunisia pernah menjadi raja di Piala Afrika 2004. Denmark mengejutkan dunia saat jadi kampiun Euro 1992. Australia bukan tim kaleng-kaleng ketika juara Piala Asia 2015. Ketiga tim berjuang mengikuti Prancis, juara Eropa 1984-2000, untuk lolos babak 16 besar Piala Dunia 2022.
Sebelum Piala Dunia kali ini digelar, Denmark diyakini bisa melanjutkan penampilan apik mereka ketika merangsek ke semifinal Euro 2020 tahun lalu. Tetapi pada praktiknya, alih-alih kembali tampil memukau, Simon Kjaer dkk malah terancam gagal lolos dari fase grup setelah baru mengemas 1 poin dalam dua matchday grup D.
Tim dinamit, julukan Denmark, memang masih bisa lolos jika mengalahkan Australia pada matchday pemung-kas grup D malam ini (30/11/2022) di Al Janoub Stadium pukul 22.00 WIB.
Tetapi, sekadar tiga poin belum cukup menggaransi mereka ke fase knockout.
Sebab, Denmark berharap agar Tunisia pada waktu yang sama gagal mengalahkan Prancis atau setidaknya skor kemenangan Tunisia dari Prancis tidak lebih besar dari yang dibukukan Denmark atas Australia.
Jelang laga ini, Australia bakal lebih tenang. Sebab, peluang Socceroos, julukan Australia, untuk lolos jauh lebih besar daripada Denmark. Australia hanya butuh hasil seri sekaligus berdoa Tunisia gagal mengalahkan Prancis.
Nah, oleh para pandit persoalan Denmark di Piala Dunia 2022 ini yakni adalah melempemnya barisan lini depan. Satu gol ketika meng-hadapi Les Bleus dicetak oleh bek Andreas Christensen. Padahal, kekuatan lini depan mereka masih sama seperti ketika mencetak tiga dari lima gol pada fase grup Euro 2020.
Kala itu barisan depan diisi Yussuf Poulsen, Mikkel Damsgaard, Kasper Dolberg, dan Martin Braithwaite. Itu belum termasuk keberadaan gelandang kreatif seperti Christian Eriksen dan Pierre-Emile Hojbjerg.
”Anda tidak bisa selalu memaksa (lini depan Denmark, red) bisa mencetak banyak gol terlepas kami memiliki beberapa penyerang bagus,” kata pelatih Denmark Kasper Hjulmand kepada The Guardian.
Sebaliknya Australia malah sedang menikmati bulan madu dari pemain lini depan. Dua gol yang mereka hasilkan dalam dua matchday sebelumnya, semua disumbang oleh personel lini depan. Yak-ni, masing-masing satu gol dari Craig Goodwin dan Mitchell Duke.
Tren tersebut diyakini jadi modal Australia untuk memutus hat-trick kegagalan lolos dari fase grup. Kali terakhir Australia merasakan fase knockout Piala Dunia terjadi pada edisi 2006. Kala itu, mereka secara mengejutkan finis sebagai runner-up di bawah Brasil menyingkirkan Kroasia yang lebih diunggulkan.
Pelatih Australia Graham Arnold punya kiat khusus agar Australia fokus 100 persen jelang melawan Denmark. Yakni, mengharuskan semua personel menjauhi media sosial yang bisa mengganggu pola istirahat.
”Istri dan anak-anakku juga kuharuskan melakukannya (tanpa media sosial, red). Sungguh, media sosial bisa membunuh (karakter pribadi, red) dan juga lingkungan sekitar,” ujar Arnold kepada Daily Mail.
Di sisi lain, pelatih Denmark Hjulmand mengakui tekanan besar selalu ada. Apalagi di ajang sekaliber Piala Dunia. Tetapi, para pemain sudah terbiasa dengan pertandingan besar dan semakin banyak pengalaman.
Hanya, optimisme pelatih 50 tahun tersebut tidak terlihat dalam dua matchday sebelumnya. Itu menyangkut produktivitas Denmark yang seret dengan baru mencetak satu gol dari dua laga grup D. (*)