MotoGP: Joan Mir dan Beban Juara Bertahan

0
38
Joan Mir saat merayakan gelar juara dunia MotoGP 2020 pada GP Valencia di Sirkuit Ricardo Tormo, 15 November 2020. (Photo by LLUIS GENE / AFP)
Joan Mir saat merayakan gelar juara dunia MotoGP 2020 pada GP Valencia di Sirkuit Ricardo Tormo, 15 November 2020. (Photo by LLUIS GENE / AFP)

batampos – Juara dunia MotoGP 2020 Joan Mir mendapat kritik pedas terkait performanya sepanjang musim ini. Namun, pembalap Suzuki Ecstar itu tidak mau ambil pusing dengan segala cemoohan tersebut. Dia memilih fokus menatap musim depan agar tampil lebih baik bersama Suzuki.

Datang dengan embel-embel juara bertahan, Mir tampil kurang optimal musim ini. Dalam 18 balapan, tak sekali pun pembalap 24 tahun tersebut meraih kemenangan. Hanya enam kali dia naik podium. Dua di antaranya sebagai runner-up. Sisanya menduduki peringkat ketiga.

Di klasemen akhir pembalap, Mir memang masih mampu menduduki posisi ketiga. Namun, jarak poinnya terlalu jauh dari juara dunia musim ini Fabio Quartararo. Poin Mir dengan pembalap Monster Energy Yamaha itu terpaut sampai 70 angka.

Karena itulah, kritik sempat datang deras kepadanya. Di antaranya adalah dia dianggap sebagai salah satu juara bertahan dengan performa terburuk sepanjang sejarah MotoGP. Pembalap kelahiran Palma de Mallorca itu juga dituding tidak mengeluarkan kemampuan maksimalnya sepanjang musim ini.

Menanggapi komentar-komentar miring tersebut, Mir sebenarnya tidak mau ambil pusing. Namun, dia sempat terpancing juga karena dianggap tampil tidak maksimal. Menurut Mir, sebagai pembalap, dia sudah berusaha melakukan yang terbaik.

Namun, performa motor-motor pesaing utama mereka seperti Honda, Ducati, dan Yamaha musim ini memang jauh lebih meningkat. Sementara Suzuki tak terlalu membawa peningkatan berarti dibanding musim 2020 saat dia menjadi juara dunia.

’’Aku memang tidak pernah menang sepanjang 2021. Tapi, tidak ada satu pun orang yang berhak berkata aku tidak tampil 100 persen di atas motor,’’ ucap Mir dilansir Motorsport.

Mir menambahkan, dirinya tidak bisa menyalahkan pihak-pihak yang menyebutnya sebagai juara bertahan dengan performa buruk musim ini. Namun, yang dia sayangkan, para pengkritik itu seperti belum memahami kondisi yang dia hadapi di dalam tim Suzuki sepanjang musim ini.

’’Seharusnya mereka mempelajari dan memahami lebih dulu kondisi tim ini secara keseluruhan sebelum membuat komentar seperti itu,’’ ucap Mir.

Internal Suzuki memang goyah sebelum MotoGP musim 2021 dimulai. Jelang tes pramusim, manajer mereka, Davide Brivio, tiba-tiba hengkang untuk menjadi sport director di salah satu tim Formula 1, yakni Tim Alpine.

Padahal, Brivio selama ini adalah leader ulung di tim Suzuki. Puncak kepemimpinannya adalah mampu membawa Mir menjadi juara dunia pada 2020.

Meski demikian, Mir masih optimistis dirinya dan Suzuki bakal bisa tampil lebih baik musim depan. Di MotoGP 2022, Suzuki masih akan mengandalkan Mir dan Alex Rins.

Rins sendiri musim ini hanya mampu finis di posisi ke-13 klasemen pembalap.

’’Setelah apa yang kami alami musim ini, aku yakin musim depan Suzuki akan lebih kuat,’’ ucap Mir.

’’Itu karena sekarang kami sudah sadar, betapa sulitnya bisa menang di pentas MotoGP,’’ tambahnya dilansir GPOne.

Mir menyebut, menjadi juara MotoGP tidak cukup dengan hanya memiliki pembalap andal. Namun, juga dibutuhkan internal tim yang solid.

’’Setiap kepala di dalam tim memiliki tanggung jawab yang sama besar untuk meraih gelar juara dunia. Bukan hanya pembalap,’’ ucap rider yang memiliki nomor motor 36 tersebut. (*)

Reporter: JPGroup

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini