Mengapa Viktor Axelsen Sangat Kuat dan Sulit Dikalahkan?

0
115
Pemain Denmark Viktor Axelsen mencium anaknya, Vega, di podium juara Indonesia Open 2022. (Humas PP PBSI)
Pemain Denmark Viktor Axelsen mencium anaknya, Vega, di podium juara Indonesia Open 2022. (Humas PP PBSI)

batampos – Lihatlah statistik Viktor Axelsen sepanjang 2022 ini. Dia meraih 32 kemenangan beruntun, merebut lima gelar, cuma sekali tumbang, dan tidak pernah kalah jika sudah menjejak partai final.

Pemain nomor satu dunia asal Denmark tersebut merebut gelar All England, juara Eropa, Indonesia Masters, Indonesia Open, dan Malaysia Open dengan cara yang sangat dominan.

Di final, Axelsen membabat semua lawannya dengan straight game. Anders Antonsen, pemain Denmark lainnya, adalah sosok yang mampu memberikan perlawanan terkeras ketika melawan Axelsen di final tahun ini.

Itupun, Antonsen cuma bisa mendulang maksimal 17 poin dalam satu game pada final Kejuaraan Eropa 2022. Empat lawan lainnya, Axelsen habisi dengan skor-skor sangat telak.

Dalam dua final terakhir, Axelsen tampil menggila. Dia memukul tunggal Tiongkok Zhao Junpeng dengan skor 21-9 dan 21-10 di final Indonesia Open 2022.

Yang lebih luar biasa, Axelsen membantai unggulan kedua dan mantan pemain nomor satu dunia Kento Momota dengan skor mengejutkan 21-4 dan 21-7 di final Malaysia Open 2022 tadi malam (3/7).

Padahal sebelum final semalam, Momota memiliki rekor yang sangat impresif melawan Axelsen. Momota mendulang 14 kemenangan dan cuma menelan 2 kekalahan dalam 16 pertandingan.

Momota memang terus menurun pasca terlibat kecelakaan lalu lintas di Kuala Lumpur, pagi hari setelah dia menjadi juara Malaysia Masters 2020. Kecelakaan nahas itu, meninggalkan trauma mendalam bagi Momota. Sopir minibus yang dia tumpangi, tewas di tempat kejadian. Secara fisik, kecelakaan itu membuat Momota mengalami cedera serius di wajahnya.

Momota harus naik ke meja operasi untuk memperbaiki kedua matanya. Sebab, kecelakaan itu membuat Momota memiliki pandangan ganda. Dalam titik terendahnya, Momota mengaku sempat ingin berhenti bermain bulu tangkis.

Mentalnya benar-benar hancur. Sebab, pasca kecelakaan, Momota mengatakan bahwa dia sangat sulit untuk bergerak.

Tetapi, apapun perbedaan Momota dua tahun lalu dan tadi malam, cuma mendapatkan 11 poin dalam dua game melawan Axelsen, merupakan fakta yang sangat mengejutkan.

Yang menarik, tidak cuma publik yang tercengang dengan kekalahan telak Momota itu. Axelsen juga sampai terheran-heran. “Saya terkejut dengan level saya hari ini (tadi malam, Red). Ternyata, kondisi saya di final jauh lebih segar daripada yang saya takutkan,” ucap Axelsen dalam wawancara setelah pertandingan.

“Saya bermain di banyak sekali pertandingan dalam empat pekan terakhir. Jadi jujur saja, saya super lelah. Tetapi entah bagaimana, saya ternyata berhasil menemukan eksplosifitas dan energi dalam permainan saya,” imbuh peraih emas Olimpiade Tokyo 2020 tersebut.

Di sisi lain, Momota mengakui bahwa Axelsen terlalu kuat. Dari semua aspek, terutama kecepatan dan kualitas pukulan, Momota mengatakan bahwa Axlesen mengalami peningkatakan yang luar biasa tajam.

*

Sebelum final Malaysia Open 2022, Axelsen sebetulnya berjuang keras sejak babak kedua sampai semifinal. Melawan Lee Cheuk Yiu (Hongkong) dan dua tunggal Indonesia yakni Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie, Axelsen harus bertarung sampai rubber game.

Lee dan Ginting bisa merebut game pertama. Sedangkan Jonatan secara dramatis memenangkan game kedua.

Kepada JawaPos.com, pelatih tunggal putra Indonesia Irwansyah mengatakan bahwa dia dan para pemain tunggal putra pelatnas PBSI sudah sangat sering mendiskusikan strategi yang pas untuk mengalahkan Axelsen.

Irwansyah mengatakan bahwa Axelsen memiliki tipe permainan defense-balik-serang. Artinya, dia akan bertahan lebih dulu. Axelsen lantas memanfaatkan posturnya yang menjulang, mencapai 194 cm, untuk menjangkau semua sisi lapangan. Setelah itu, dalam sebuah kesempatan yang tepat, Axelsen akan menyerang dengan smes-smes mematikan.

Untuk mengantisipasi ini, para pemain Indonesia harus banyak melancarkan pukulan-pukulan dengan ketinggian setengah badan yang mengarah lurus ke tubuh Axelsen.

Selain itu, agar Axelsen tidak bisa mengeluarkan senjatanya, Ginting dan Jonatan harus banyak melakukan netting tipis dengan cara memutar atau memelintir shuttlecock. Teknik sangat sulit ini dikenal dengan nama sintiran bola atau rotatie. Sebuah metode yang sebenarnya umum dipakai dalam permainan tenis meja.

Harapannya, Axelsen merespons dengan cara mengangkat bola melintir tersebut. Setelah bola naik, Ginting atau Jonatan bisa memanfaatkan kesempatan untuk langsung melakukan smes keras ke area yang lowong.

“Intinya, untuk mengalahkan Axelsen, Ginting atau Jonatan harus lebih menyerang,” ucap Irwansyah. “Dari beberapa pertandingan, mereka sudah bisa menerapkan strategi tersebut. Kami akan terus mempelajari dan membicarakan hal ini dalam latihan. Ke depan, semoga bisa (mengalahkan Axelsen),” tegas Irwansyah.

Irwansyah mengakui bahwa tidak mudah untuk menjalankan strategi dan membongkar pertahanan rapat Axelsen. Ginting dan Jonatan, harus konsisten melakukan serangan, agresif, tahan dalam reli, minim melakukan kesalahan, dan membangun sistem pertahanan yang sangat kuat. Intinya, para pemain Indonesia wajib tampil sempurna dan tanpa cela.

Dan di atas semuanya, Ginting dan Jonatan harus memiliki mentalitas yang tangguh. Punya pikiran positif. Juga menumbuhkan keyakinan besar bahwa mereka mampu dan sangat kapabel untuk mengandaskan Axelsen.

“Mau cari celah melawan Axelsen itu nggak gampang. Kalau Ginting dan Jonatan sabar dan tahan, saya yakin mereka bisa,” ucap Irwansyah.

Di sisi lain, Irwansyah menegaskan bahwa sebetulnya fisik Ginting dan Jonatan sangat fit. Kondisi Ginting dan Jonatan tidak habis dalam setiap game ketiga yang mereka jalani. Hanya saja, Ginting dan Jonatan memang kurang sabar dan tahan dalam saat-saat kritis.

“Ini bukan cuma soal permainan, tetapi juga pikiran. Saya yakin, pemain kita adalah pemain yang bagus. Kita hanya harus lebih berani,” ucap Irwansyah.

Tim tunggal putra, kata Irwansyah, juga memiliki tradisi mencatat semua kelemahan dan kelebihan para pemain. Baik itu dalam latihan ataupun pertandingan. Setelah itu, dari catatan tersebut, mereka secara terstruktur bakal melakukan evaluasi dan terus belajar untuk meningkatkan permainan.

Pelatih tunggal putra nomor satu Malaysia Lee Zii Jia, Indra Wijaya, senada dengan Irwansyah. Indra mengatakan bahwa kekuatan Axelsen terletak pada kemampuan defense dan posturnya yang tinggi.

Lee adalah satu dari lima pemain yang berhasil memaksa Axelsen bermain rubber game pada BWF Tour tahun ini. Lee kalah dramatis dengan skor 21-19, 11-21, dan 21-23 di semifinal Indonesia Open 2022.

Empat pemain yakni Lee, Ginting, Jonatan, dan Lee Cheuk Yiu kalah dalam tiga game. Sedangkan satu-satunya kekalahan Axelsen sepanjang 2022 diderita dari tunggal India Lakshya Sen pada semifinal German Open 2022. Saat itu, Axelsen tumbang dalam rubber game dengan skor 13-21, 21-12, dan 20-22.

Indra mengatakan bahwa dia sangat serius untuk terus mempelajari permainan, kelebihan, dan kelemahan Axelsen. Tetapi, kakak kandung legenda ganda putra Indonesia Candra Wijaya itu juga sangat mewaspadai rival-rival lain.

Indra berharap permainan Lee Zii Jia terus meningkat. Dan puncaknya, Lee bisa menjadi juara dunia 2022 di Tokyo pada Agustus mendatang.

“Soal bagaimana cara dan siasat kami untuk mengalahkan Axelsen, mohon maaf saya tidak bisa berbicara terbuka. Ini soal internal kami,” kata Indra lantas tersenyum.

Juara Dunia 1995 dan mantan pemain nomor satu dunia Hariyanto Arbi mengatakan bahwa Axelsen mengalami peningkatan permainan luar biasa sejak Thailand Open 2021.

Saat itu, Axelsen menjadi juara back-to-back di ajang Thailand Open I dan II. Selain itu, Axelsen menembus final BWF World Tour Finals 2021. Pada turnamen puncak akhir tahun tersebut, Axelsen dikalahkan Anders Antonsen.

Setelah itu, Axelsen terus melesat. Dan momen terbesarnya ketika Axelsen meraih emas Olimpiade Tokyo 2020 tanpa kehilangan satu game-pun. “Sebelumnya, dia ada nggak stabilnya. Tetapi sejak Thailand Open itu dia luar biasa,” ucap Hariyanto.

Juara All England 1993 dan 1994 itu menambahkan bahwa gaya bermain Axelsen mengingatkannya pada style pemain Denmark era 1990-an, Thomas Stuer-Lauridsen. Nyaris sama dengan Axelsen, Stuer-Lauridsen juga memiliki postur menjulang yakni 191 cm.

Hariyanto pernah berhadapan dengan Stuer-Lauridsen pada semifinal All England 1993. Saat itu, Hariyanto menang susah payah dengan skor 18-17 dan 15-12. Bagi Hariyanto, itu adalah salah satu pertandingan tersulit dan paling berkesan dalam kariernya.

“Kelemahan pemain tinggi itu sebetulnya adalah defense dan kecepatan. Tetapi yang luar biasa, Axelsen ini kebalikannya. Dia cepat dan punya defense sangat bagus. Perkembangan permainannya luar biasa,” kata Hariyanto.

“Tipe permainannya adalah defense-balik-serang. Dia punya kelebihan tinggi badan tetapi ditunjung defense yang bagus. Lawan salah mukul sedikit saja, tanggung sedikit saja, pasti langsung dihajar oleh Axelsen,” tambahnya.

Hariyanto menambahkan bahwa permainan Ginting sebetulnya sudah sangat positif dalam dua pertemuan terakhir di perempat final Indonesia Open 2022 dan perempat final Malaysia Open 2022. Saat itu, Ginting kalah dalam pertarungan rubber game.

“Pertanyaannya adalah seberapa tahan, seberapa kuat, dan seberapa stabil dia bermain menyerang seperti itu. Sebab, permainan itu memang boros energi,” kata Hariyanto. “Ginting memang harus meledak-ledak, eksplosif, dan agresif agar bisa mengalahkan Axelsen. Jadi, dia harus kuat main tiga game,” imbuhnya.

Jika Ginting bermain sempurna, Hariyanto yakin pemain nomor enam dunia itu bisa mengalahkan Axelsen.

Ginting memang harus mengandalkan kecepatan, terus berinisiatif menyerang, dan berani adu mental serta pikiran saat melawan Axelsen. Fisik dan konsentrasi Ginting mesti terus berada di puncak. “Pokoknya harus fight,” ucap Hariyanto.

Semua atribut tersebut, tambah Hariyanto, bisa Ginting dapatkan dalam latihan-latihan yang keras. Dia juga harus telaten dalam mengevaluasi permainannnya sendiri. Dan tentu saja meriset kekuatan serta kelemahan lawan.

Hariyanto menyarankan agar Ginting dan Jonatan rajin menonton video aksi-aksi terbaik dan pertandingan-pertandingan terhebat mereka. Lalu, menginjeksikan semua hal positif tersebut dalam benak mereka.

“Harus ada keyakinan. Selain itu, pelatih harus membantu membangkitkan. Saya yakin, mereka bisa,” ucap Hariyanto.

Di sisi lain, pasca kekalahan di perempat final Malaysia Open 2022, Ginting mengatakan bahwa dia mendapatkan banyak pelajaran penting. Dia semakin paham strategi permainan Axelsen. Juga senjata-senjata utamanya, cara memukulnya, dan penempatan-penempatan bolanya.

“Pelan-pelan semoga bisa menemukan cara untuk mengalahkan dia,” ucap Ginting dikutip dari siaran pers PP PBSI.

Ginting mengatakan bahwa dia sudah mencoba segala cara untuk mengalahkan Axelsen. Dia sudah agresif. Tetapi inisiatif serangannya, justru sering menguntungkan Axelsen. “Dengan jangkauan yang luar biasa, Axelsen mampu mendikte setiap permainan saya,” kata Ginting.

“Melihat Axelsen sekarang bisa melesat, mungkin karena dia merupakan pebulu tangkis yang peduli dengan kekuatannya. Dia bisa memanfaatkan kekuatannya dan menggunakan kelebihannya dengan sangat baik,” tambah Ginting. (*)

 

 

Reporter: JPGroup

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini