batampos – Penyelenggaraan seri keempat Liga 1 sedang digegerkan dengan hasil tes PCR yang dilakukan PT Liga Indonesia Baru (LIB).
Terbaru, Persebaya Surabaya tidak bisa tampil full team saat berhadapan dengan Persipura Jayapura (6/2) karena banyak pemain yang dinyatakan positif Covid-19 oleh tes PCR dari LIB. Padahal, saat melakukan tes PCR secara mandiri, beberapa pemain dinyatakan negatif.
Situasi itu memantik perhatian Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI). CEO APPI M. Hardika Aji mengungkapkan, Green Force –julukan Persebaya– bukan tim pertama yang memiliki hasil tes Covid-19 berbeda dengan LIB.
Berdasar pengamatan ke beberapa klub yang hasil tesnya berbeda dengan LIB, APPI sulit menilai mana hasil tes yang benar.
”Setelah berkomunikasi dengan tim medis, cara pengambilan tes yang berbeda dapat membuat hasil yang berbeda,” tutur Hardika kepada Jawa Pos kemarin.
Menurut Hardika, jika terdapat perbedaan hasil, perlu dibuat langkah yang melibatkan pihak-pihak berkompeten. Misalnya, menunjuk laboratorium tertentu atau rumah sakit alternatif sebagai second opinion.
”Yang pasti, klub dan LIB bersepakat dulu. Hasil yang dikeluarkan laboratorium atau rumah sakit alternatif yang telah disepakati bisa menjadi bahan komparasi,” tegasnya.
Media Officer Persik Kediri Anwar Bahar Basalamah sependapat dengan ide APPI tersebut. Menurut Anwar, ide itu merupakan hal positif. ”Bukan berarti klub tidak percaya dengan hasil PCR dari LIB. Tes PCR di luar LIB hanya sebagai pembanding. Semua hasil mandiri tetap disampaikan ke LIB,” ucapnya.
Anwar menerangkan, Persik menjadi salah satu tim yang pernah menjalani tes mandiri. Berdasar hasil tes mandiri, ada pemain yang negatif Covid-19. Padahal, hasil tes dari LIB menunjukkan positif. ”Kami tetap menyampaikan hasil itu ke LIB,” jelas Anwar.
Sayangnya, tidak semua klub mau menjalani tes PCR mandiri. Salah satunya Persela Lamongan. Pelatih Persela Jafri Sastra menerangkan, sejak menukangi tim berjuluk Laskar Joko Tingkir itu, klubnya selalu mengikuti tes PCR yang disediakan LIB.
”Sebenarnya maunya seperti itu (menjalani tes PCR mandiri, Red). Sebab, para pemain yang dianggap terkena virus korona berada dalam kondisi sehat dan bugar. Mereka juga tidak memiliki keluhan,” ungkap mantan pelatih PSPS Riau itu.
Namun, Jafri tidak menjelaskan alasan timnya tidak melakukan tes PCR mandiri. Saat disinggung soal biaya tes PCR yang tidak murah, mantan pelatih Mitra Kutai Kartanegara itu hanya menjawab dengan senyum.
Sementara itu, tingginya penularan Covid-19 di Bali membuat dua pertandingan pekan ke-22 Liga 1 terdampak. Seharusnya, Persipura Jayapura bertanding melawan Madura United pada 1 Februari.
Lalu, PSM Makassar berhadapan dengan Persib Bandung pada 2 Februari. Namun, dua pertandingan itu ditunda karena banyak pemain yang terpapar virus korona.
Lalu, kapan dua pertandingan tunda itu digelar? Direktur Operasional PT Liga Indonesia Baru (LIB) Sudjarno belum dapat memberikan kepastian. Saat ini LIB terus berkoordinasi dengan stakeholder terkait. ”Kami masih menyusun jadwal ulangnya,” tutur mantan Kapolda Lampung itu kepada Jawa Pos kemarin.
Sudjarno mengungkapkan, menyusun ulang jadwal pertandingan tidak mudah. Apalagi, saat ini jadwal pertandingan reguler sudah padat. ”Karena itu, salah satu pertimbangan kami adalah waktu recovery dari setiap tim yang pertandingannya mengalami penundaan,” terangnya.
Meski sulit menyusun ulang jadwal pertandingan, Sudjarno berharap kompetisi tetap selesai sesuai dengan jadwal. Rencananya, kompetisi kasta tertinggi Indonesia itu berakhir pada 29 Maret.
”Karena itu, kami sedang merancang waktu yang pas untuk menggelar pertandingan tunda tersebut,” tegas Sudjarno.
Lalu, bagaimana kalau ada pertandingan yang ditunda lagi? Apakah masih optimistis kompetisi selesai akhir Maret? Terkait hal itu, Sudjarno tidak bisa berandai-andai. Namun, dia berharap tidak ada lagi pertandingan yang tertunda karena Covid-19.
Supaya tidak ada lagi pertandingan yang tertunda akibat virus korona, LIB meminta seluruh klub untuk mendatangkan para pemain yang stand by di kota domisili. Pemain tersebut menjadi backup apabila ada pemain lain yang terpapar Covid-19.
”Dengan berbagai upaya yang kami lakukan, semoga tidak ada lagi pertandingan yang tertunda karena kasus Covid-19,” harap mantan analis kebijakan utama Bidang Sabhara Baharkam Polri tersebut. (*)
Reporter: JPGroup