Kisah Melejitnya Megawati Hangestri di Musim Pertama Liga Voli Korea Selatan

0
53
Megawati Hangestri Saat Melakoni Laga Bersama Jung Kwan Jang Red Spark di Liga Korea Selatan. (KOVO)
Megawati Hangestri Saat Melakoni Laga Bersama Jung Kwan Jang Red Spark di Liga Korea Selatan. (KOVO)

Megawati Hangestri jadi pemain Asia paling produktif di V-League sekaligus berpeluang membawa timnya ke playoff. Setelah Vietnam, Thailand, dan Korsel, ke depan dia siap menjajal tantangan di negara lain.

RIZKA PERDANA PUTRA, Surabaya

SUASANA tegang menyelimuti Samsan World Gymnasium, Incheon. Jung Kwan Jang Red Sparks, tim yang dibela Megawati Hangestri, tertinggal 13-14 pada set kelima oleh tuan rumah –yang juga pemegang rekor gelar juara terbanyak Liga Voli Korea Selatan– Heungkuk Life Pink Spiders.

Salah satu langkah saja bisa membuat Red Sparks pulang ke Daejeon dengan tangan kosong.

Namun, di situasi kritis itu, Mega memperlihatkan ketangguhan mentalnya. Pevoli atlet asal Jember, Jawa Timur, tersebut mencetak empat dari lima poin Red Sparks selanjutnya. Terakhir, begitu Giovanna Milana memastikan kemenangan Red Sparks 18-15 pada set kelima, Mega pun tak kuasa menahan tangis. Dia langsung bersujud syukur dan mendapat pelukan dari rekan-rekan satu timnya.

Mega pada malam di akhir Oktober tahun lalu itu baru menjalani laga ketiganya di Korea Selatan (Korsel) bersama Red Sparks. Tapi, pemain binaan klub voli Bank Jatim tersebut mulai menunjukkan kapasitas sebagai tulang punggung tim.

Dia mencetak total 31 poin, terpilih sebagai MVP (most valuable player/pemain terbaik), dan mengantarkan Red Sparks menang melawan klub yang dipimpin oleh salah satu pemain terbaik dunia dan berjuluk Ratu Voli Korsel Kim Yeon-koung.

Atas penampilan apiknya di enam laga awal, Mega pun akhirnya terpilih sebagai MVP putaran pertama V-League (Liga Voli Korsel). Capaian itu membuktikan bahwa Mega adalah sosok yang mampu beradaptasi dengan cepat. Meski berstatus pemain voli Indonesia pertama di Korsel dan bahkan atlet berhijab pertama yang berkarier di sana, Mega langsung bisa bersaing.

“(Awalnya, Red) takut, diterima atau nggak ya di lingkungan muslim jadi minoritas, apalagi berhijab, awalnya diragukan juga. Tapi, pastinya Mega berusaha dan Mega benar-benar membuktikannya di pertandingan pertama” kata Mega dalam sebuah wawancara dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia Seoul di akun YouTube @indonesianinseoul.

Adaptasi Mega yang begitu cepat bukan hanya dalam perkara teknik dan skill yang mumpuni. Di luar lapangan, pemain 24 tahun itu juga mudah akrab dengan siapa pun. Setidaknya, hal itu yang dilihat oleh pelatih Mega di voli Bank Jatim Labib.

“Di luar lapangan etikanya dia baik. Dengan pemain senior bisa beradaptasi, bisa bergaul dengan orang yang lebih tua,” ungkap Labib ketika dihubungi Jawa Pos beberapa waktu lalu.

Dalam sebuah wawancara dengan ASEAN-Korea Centre, organisasi antar pemerintah yang fokus untuk meningkatkan kerja sama antara ASEAN dan Korea, Mega mengakui dirinya memang mudah bergaul.
“Karena aku suka ngobrol orangnya, sangat santai, dari situ mungkin jadi terbiasa,” kata Mega dalam wawancara yang diunggah Senin (26/2) lalu.

Menurut Mega, apa yang dia lakukan di Korsel sama seperti yang dia lakukan ketika bermain di Vietnam dan Thailand.

Eko Waluyo, pelatih Mega ketika membela klub Proliga Jakarta Pertamina Fastron musim lalu, juga mengungkapkan hal yang hampir senada. “Menurut ilmu kepribadian, 70 persen keberhasilan kan dari diri sendiri. Sementara Mega disiplin bagus, attitude bagus, dia punya itu semua, jadi ya maksimal,” tuturnya.

Selain soal kepribadian, kunci permainan apik Mega juga ada di peran rekan satu timnya, terutama dari pemain berposisi setter. Sebab, sebagai opposite hitter, baik buruknya performa Mega juga bergantung dari penampilan setter dalam klub. Nah, di Red Sparks, Mega sering mendapat umpan-umpan matang dari setter utama Yeum Hye-seon.

Meski begitu, perjalanan Mega selama di V-League tidak selamanya mulus. Penampilannya sempat menurun di putaran kedua (9–28 November 2023) dan ketiga (2–24 Desember 2023). Mega bahkan sempat mendapat kritik dari pelatihnya di Red Sparks, Ko Hee-jin. Mega dinilai terlalu banyak pikiran dan tidak fokus.

Hal itu pun diakui sendiri Mega. “Itu benar karena kemarin selalu memikirkan hal-hal yang seharusnya tidak dipikirkan. Itu tidak baik sebenarnya di dalam lapangan, karena kalau sudah main harus fokus apa yang ada di lapangan,” kata Mega lewat unggahan video di YouTube resmi Red Sparks (8/1).

Sadar akan kekurangannya tersebut, secara perlahan grafik penampilan Mega mulai naik lagi di putaran keempat. Total, selama enam laga putaran keempat dari 28 Desember hingga 18 Januari, Mega mencatat tingkat keberhasilan serangan rata-rata sebesar 46,06 persen.

Catatan itu meningkat menjadi 47,43 persen di putaran kelima (1–21 Februari).

Menurut data yang dihimpun dari laman resmi KOVO (Federasi Bola Voli Korea), catatan itu sebenarnya lebih rendah dari putaran pertama sebesar 48,46 persen. Tapi, itu masih lebih baik dari putaran kedua dan ketiga sebanyak 38,17 persen dan 42,32 persen.

“Di sana (Red Sparks, Red) dia sebagai tumpuan, sama seperti di tim nasional (timnas) juga begitu. Saya melihat sebagai bomber, dia mengalami peningkatan,” kata pelatih Mega di timnas voli Indonesia tahun lalu, Alim Suseno, kepada Jawa Pos.

“Di Liga Korea bertemu pemain bagus, kelasnya banyak pemain bintang, ada Gyselle (Silva, opposite GS Caltex, Red), ada (Vanja) Bukilic (pemain Gimcheon Korea Expressway Hi-Pass). Secara tidak langsung mentalnya juga semakin bagus,” tambahnya.

Mega pun masih konsisten menjadi pencetak poin terbanyak V-League. Sampai kemarin (28/2) dia bertengger di posisi keenam dengan 676 poin.

Mega sementara muncul sebagai pemain Asia paling produktif, mengungguli sang legenda, Kim Yeon-koung, yang berada di posisi ketujuh dengan 676 poin. Sedangkan Silva dan Bukilic berada di posisi dua teratas dengan 905 dan 847 poin.

Membaiknya performa Mega juga beriring dengan penampilan Red Sparks yang perlahan menanjak. Dalam sembilan laga terakhir (sampai 27 Februari), mereka baru menelan satu kekalahan. Mega dkk pun berhasil menggeser posisi GS Caltex di posisi tiga besar V-League.

Jika berhasil menjaga posisi tersebut hingga akhir putaran keenam (yang selesai 17 Maret), Red Sparks berhak melaju ke babak playoff.

Kini, Mega pun mulai merasakan beberapa perubahan setelah hampir satu musim bermain di Liga Korea Selatan. ’’Aku merasa otot aku semakin banyak, body fat semakin turun, first time in my life dapat latihan seperti ini (di Korea, Red), skill aku bisa bertambah di sini,” tuturnya.

Kini, Mega pun percaya masih bisa terus berkembang dan mengembangkan bakat. Dia juga tidak menutup kemungkinan untuk bermain negara mana pun.

“Karena aku yakin aku bisa. Pertama Thailand, Vietnam, terus sekarang Korea Selatan dan mungkin akan ada negara lain juga. Mungkin di negara lain cara latihannya berbeda dan aku bisa belajar dari situ,” harapnya. (*/c17/ttg)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini