batampos – Maarten Paes kembali terpilih sebagai man of the match dalam pertandingan Timnas Indonesia melawan Australia. Setelah jadi yang terbaik saat melawan Arab Saudi, kali ini kiper FC Dallas itu mampu menyabet predikat man of the match ketika Garuda menahan imbang Australia tanpa gol, Selasa (10/9) malam WIB.
Penghargaan individu itu kembali diraih Maarten Paes setelah dirinya tampil brilian sepanjang 90 menit di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta. Penjaga gawang berusia 26 tahun ini sukses menjadi tembok terakhir Timnas Indonesia yang sulit dijebol oleh tim tamu.
Bahkan bisa dibilang penampilan Maarten Paes pada laga melawan Australia lebih baik dibandingkan dengan ketika menghadapi Arab Saudi. Bukti nyatanya adalah dia mampu menjaga gawangnya tetap nirbobol.
Lantas apa yang membuat Maarten Paes bisa tampil apik dua kali? Dilansir dari JawaPos.com, berikut sejumlah faktor dan kemampuan apik di balik gemilangnya sang penjaga gawang dan menjadi man of the match dalam dua laga beruntun.
1. Punya Refleks Kilat
Kemampuan pertama ini rasanya sulit dibantah jika menyaksikan dari performa Maarten Paes dalam dua pertandingan. Saat melawan Arab Saudi misalnya, dia sukses melakukan dua penyelamatan gemilang lewat on play. Tepatnya menjelang akhir babak kedua.
Sementara saat melawan Australia, semakin terlihat bahwa Maarten Paes memiliki refleks kilat. Total lima penyelamatan berhasil dilakukan olehnya sepanjang 90 menit.
Salah satunya adalah saat dia menepis tendangan keras Mitchell Duke pada menit ke-20. Begitu pula saat Harry Souttar menciptakan peluang emas melalui sundulan dua menit kemudian. Tanpa refelks kilat, rasanya tak mungkin penyelamatan tersebut dilakukan.
2. Penempatan Posisi yang Apik
Selain refleks cepat, pemosisian juga skill lain yang membuat kiper dapat melakukan penyelamatan sensasional. Itu pula lah yang dilakukan oleh Maarten Paes selama bertanding dengan Timnas Indonesia.
Posisi Maarten Paes saat melakukan penyelamatan nyaris tanpa cela. Dia selalu berada di area yang tepat sebelum menjatuhkan diri dan menyelamatkan bola. Satu-satunya posisi dia meleset adalah saat kebobolan oleh Arab Saudi.
Proses gol itu sebenarnya tak salah Maarten Paes sepenuhnya. Sebab bola sempat membentur Calvin Verdonk sehingga menimbulkan deflected dan mengubah arah bola. Maarten Paes pun mati langkah dan kebobolan.
3. Bisa Build Up dan Berani Duel One on One
Dalam era sepak bola modern, kiper diharapkan tak hanya bisa melakukan penyelamatan. Tapi juga berani berduel dengan pemain lawan dan membantu rekan setim melakukan build up. Istilah mudahnya, bisa memulai serangan tim dari posisinya.
Maarten Paes pun punya keterampilan ini. Dia menunjukkannya saat melawan Arab Saudi maupun Australia. Beberapa kali penjaga gawang kelahiran Nijmegen itu ikut membangun serangan Timnas Indonesia, meski hasilnya belum maksimal.
Sementara untuk duel one on one, Maarten Paes sukses menggocek dua pemain. Saat melawan Arab Saudi, dia mampu melewati penyerang Abdullah Radif. Sementara ketika berjumpa dengan Australia, Maarten Paes berhasil mengecoh Nestory Irankunda. Keberanian dan ketenangan itulah yang tidak dimiliki oleh kiper lain. (*)