Jumat, 20 September 2024

Karim Benzema, Sang Pembaca Portero

Berita Terkait

Striker Real Madrid Karim Benzema merayakan golnya dalam leg kedua 16 besar Liga Champions antara Real Madrid dan Paris St Germain di Santiago Bernabeu. (Susana Vera/Reuters/Antara)

batampos – Usia hanyalah angka. Di usia yang menapak 34 tahun, striker Real Madrid Karim Benzema lebih dari sekadar striker yang tajam di depan gawang lawan, melainkan juga striker genius.

Dua laga terakhir Liga Champions yang dilalui Los Merengues adalah bukti kegeniusan Benzema.

Yaitu, kemampuan Benzema menerapkan taktik pressing trigger. Yakni, melakukan tekanan intens (pressing intens) kepada pemain bertahan lawan untuk mempersempit ruang gerak sekaligus memicu lawan melakukan kesalahan dalam mengalirkan bola.

Tidak banyak striker tua yang rajin melakukan pressing trigger dan Coco –sapaan karib Benzema– adalah salah seorang di antaranya.

Di Stamford Bridge kemarin (7/4), dalam kemenangan 3-1 Real atas Chelsea, Benzema memperagakan kelebihannya itu.

Korbannya adalah kiper Chelsea yang notabene kiper terbaik dunia, Edouard Mendy.

Gol ketiga Benzema pada menit ke-46 berawal dari tekanan intens striker Prancis tersebut sehingga Mendy yang jauh meninggalkan gawang melakukan operan panik kepada bek Antonio Rudiger.

Mendy merupakan korban kedua beruntun Benzema di Liga Champions musim ini. Sebelumnya, di Estadio Santiago Bernabeu, kiper Paris Saint-Germain sekaligus pemain terbaik Euro 2020 Gianluigi Donnarumma juga ”dibikin” melakukan blunder.

Seperti di Stamford Bridge, Benzema menorehkan hat-trick dalam laga di second leg 16 besar tersebut.

”Aku memberikan tekanan kepada kiper dan membaca gerakan yang akan dia lakukan di saat itu,” kata Benzema mengenai gaya permainan pressing intens yang sering dilakukannya seperti dilansir di laman resmi klub.

Jam terbang tinggi di sepak bola membuat Benzema seolah bisa membaca pikiran para portero (kiper).

Seperti pengamatan Benzema terhadap Mendy yang ketika jadi orang terakhir, kiper timnas Senegal itu cenderung lebih sering mengoperkan bola kepada pemain terdekat ketimbang menendang jauh ke depan.

Meski di era modern beberapa kiper nyaman memainkan bola di kakinya (biasanya keeper sweeper), kemampuan kontrol bola dan operan seorang kiper tentu tidak sebagus pemain outfield.

”Aku tahu mereka (kiper) pasti melakukannya,’’ sambung Benzema.

Terlebih, Benzema sudah sering sukses melakukan pressing intens yang berbuah blunder oleh kiper lawan.

Sebelum Mendy dan Donnarumma, Sven Ulreich (Bayern Munchen) dan Loris Karius (Liverpool FC) pernah dipermalukan oleh Benzema.

Kemampuan apik Benzema itulah yang menjadikan entrenador Real Carlo Ancelotti seperti hanya memiliki seorang pemain nomor 9 dalam skema mainnya.

Alhasil, Mariano Diaz, Luka Jovic, hingga Eden Hazard dan Gareth Bale selalu dipandang sebelah mata oleh Ancelotti.

Bale memang turun menggantikan Benzema kemarin, tetapi hanya jadi kameo empat menit terakhir sebelum waktu normal habis.

”Hari demi hari, dia (Benzema) semakin bagus saja. Karim itu seperti anggur,’’ begitu analogi yang diungkapkan Ancelotti melihat produktivitas bomber andalannya kepada Movistar. (*)

 

Reporter: JPGroup

Update