batampos – Di dunia sepak bola, banyak cerita sukses yang dimulai sejak usia muda. Salah satu yang menarik perhatian adalah perjalanan bek andalan FC Copenhagen, Kevin Diks, yang kini menjadi calon bintang Timnas Indonesia.
Pada usia 15 tahun, Diks memulai perjalanan hidupnya dengan cara yang tidak biasa. Bekerja sebagai pembersih dan pencuci piring di sebuah restoran di Belanda.
Tentu saja, pekerjaan ini jauh dari dunia sepak bola yang kini membawanya ke level profesional, namun ini adalah langkah awal yang mengajarkan Diks tentang tanggung jawab dan ketekunan.
Dilansir Dutch Review, di Belanda, saat usia 15 tahun memang dibolehkan untuk bekerja ringan guna membantu menambah uang jajan, tentu dengan batasan tertentu. Pekerjaannya hanya boleh berlangsung selama lima hari dalam sebulan, dan jam kerja pun dibatasi untuk melindungi keseimbangan antara pekerjaan dan pendidikan.
Dalam kasus Kevin Diks, ia memanfaatkan waktu luangnya untuk bekerja sebagai pembersih dan pencuci piring di restoran lokal. Meskipun hanya empat hari dalam sebulan, pekerjaan ini memberinya pengalaman berharga.
Selain itu, bekerja di usia muda seperti ini memberikan banyak pelajaran kehidupan, seperti cara mengelola waktu dan bekerja keras.
Namun, perjalanan karir Diks tidak hanya berhenti pada pekerjaan sampingan tersebut. Dua tahun setelahnya, Diks berhasil menandatangani kontrak profesional pertamanya dengan klub Belanda, Vitesse Arnhem.
Pada usia yang sangat muda, Diks sudah melangkah jauh dalam dunia sepak bola, menunjukkan bahwa kerja keras dan pengalaman masa muda membantunya berkembang.
Karier Sepak Bola Kevin Diks dan Perjalanan Menuju Timnas Indonesia
Menilik perjalanan karier Kevin Diks, ia memulai dengan bermain di akademi Feyenoord pada usia muda. Namun, nama Diks mulai dikenal luas setelah ia bergabung dengan Vitesse Arnhem pada 2016, pada usia 18 tahun. Di Vitesse, Diks mendapat kesempatan untuk bermain di Eredivisie, liga sepak bola utama Belanda, yang merupakan langkah besar dalam kariernya.
Seiring berjalannya waktu, Diks dipinjamkan ke beberapa klub, termasuk SC Heerenveen dan Parma di Italia. Ia mendapatkan lebih banyak pengalaman dan meningkatkan keterampilan teknis serta fisiknya sebagai pemain bertahan. Pemain berusia 26 tahun ini semakin menunjukkan kualitasnya di level internasional dan kini menjadi salah satu calon pemain Timnas Indonesia yang paling diperhitungkan.
Bagi Timnas Indonesia, keberadaan Kevin Diks akan sangat berguna. Sebagai bek serba bisa, ia tidak hanya memiliki kemampuan bertahan yang solid, tetapi juga cukup mahir dalam menyerang.
Kemampuannya dalam mengalirkan bola dan memberikan umpan akurat sangat penting untuk mendukung permainan timnas yang lebih ofensif. Bahkan, pria bermarga Bakarbessy itu ditunjuk sebagai algojo penalti di FC Copenhagen.
Dengan pengalaman internasionalnya di Eropa, Diks diharapkan dapat memberi dampak positif bagi pertahanan dan serangan timnas di kompetisi besar seperti Kualifikasi Piala Dunia.
Dengan keturunan Indonesia melalui ibunya, peluang untuk bergabung semakin terbuka. Seiring dengan progres kariernya yang terus meningkat, Diks kini menjadi salah satu calon pemain yang bisa memperkuat lini belakang Timnas Indonesia di masa depan.
Harapan Baru untuk Timnas Indonesia
Meski perjalanan Kevin Diks di dunia sepak bola sudah cukup impresif, kisahnya belum berakhir. Keberhasilan Diks dalam meniti karir dari usia muda, termasuk pengalaman kerjanya di restoran pada usia 15 tahun, memberikan gambaran betapa pentingnya pengalaman hidup untuk membentuk seorang atlet profesional.
Dengan segala pencapaiannya, Diks diharapkan dapat membawa angin segar untuk Timnas Indonesia, memberikan kekuatan baru di lini belakang dan pengalaman internasional yang akan sangat berguna dalam kompetisi internasional.
Jika akhirnya bergabung dengan Timnas Indonesia, Kevin Diks tidak hanya akan menjadi bagian dari generasi emas era Shin Tae-yong, tetapi juga menjadi simbol dari kerja keras dan ketekunan.
Dengan kemampuannya yang terus berkembang, bukan tidak mungkin Diks akan menjadi salah satu bek andalan Indonesia yang menorehkan prestasi di tingkat internasional. (*)