batampos – Tinju kini menghadapi ancaman serius untuk dikeluarkan dari Olimpiade Los Angeles 2028. Padahal, tinju salah satu cabang olah raga yang telah menjadi bagian dari sejarah Olimpiade sejak tahun 1904.
Ancaman ini bukan spekulasi belaka, tetapi merupakan dampak dari berbagai masalah yang menggerogoti internal International Boxing Association (IBA), badan tinju dunia yang seharusnya mengatur dan mengawasi olah raga ini.
Masalah-masalah tersebut, yang mencakup tata kelola organisasi dan keuangan, telah memicu peringatan serius dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan mengancam eksistensi tinju dalam perhelatan olahraga terbesar di dunia tersebut. Masalah ini bukan sekadar isu teknis, tetapi mencerminkan krisis kepercayaan yang mendalam terhadap IBA.
IOC, yang selama ini menjadi penjamin keberlangsungan berbagai cabang olah raga di Olimpiade, kini menuntut IBA untuk segera membenahi tata kelola internal mereka. Jika tidak, cabang olah raga tinju yang sudah menjadi bagian dari Olimpiade selama lebih dari satu abad ini mungkin akan kehilangan tempatnya di panggung internasional pada tahun 2028.
Permasalahan yang melanda IBA tidak muncul begitu saja. Selama beberapa tahun terakhir, organisasi ini terus menjadi sorotan karena berbagai isu internal yang berlarut-larut.
Salah satu masalah yang paling mencolok adalah soal keuangan. Keuangan IBA dikabarkan mengalami kekacauan, dengan transparansi yang diragukan dan laporan keuangan yang tidak memadai. Kondisi ini tentu menimbulkan keraguan besar mengenai kemampuan IBA untuk menjalankan tugasnya secara profesional dan efisien.
Namun, masalah keuangan bukanlah satu-satunya isu yang menggoyang IBA. Tata kelola organisasi yang buruk juga menjadi salah satu faktor utama yang mengancam keberlangsungan tinju di Olimpiade.
Keputusan-keputusan yang diambil oleh petinggi IBA sering kali dipertanyakan, terutama terkait dengan proses pemilihan pejabat dan penunjukan ofisial pertandingan. Proses yang seharusnya transparan dan adil, sering kali dianggap tidak jelas dan sarat kepentingan. Akibatnya, kepercayaan para anggota dan atlet terhadap IBA semakin menipis.
Di tengah kekacauan internal ini, kasus yang melibatkan dua petinju wanita, Imane Khelif dan Lin Yu-Ting, menambah panas situasi. Keduanya dinyatakan tidak lolos tes gender oleh IBA, yang memutuskan bahwa mereka adalah pria.
Keputusan ini sontak menimbulkan kontroversi besar, terutama karena IOC kemudian melakukan tes gender sendiri dan tetap menilai bahwa Imane dan Lin adalah wanita. Kejadian ini mencoreng kredibilitas IBA lebih dalam lagi dan memicu perdebatan mengenai standar dan prosedur yang digunakan oleh organisasi tersebut.
Presiden IOC, Thomas Bach, sebenarnya memiliki keinginan kuat untuk mempertahankan tinju sebagai salah satu cabang olah raga di Olimpiade Los Angeles 2028. Bach memahami nilai sejarah dan tradisi yang melekat pada tinju dalam konteks Olimpiade.
Namun, ia juga menyadari bahwa tanpa perbaikan signifikan di tubuh IBA, mempertahankan tinju di Olimpiade akan menjadi keputusan yang sulit. Oleh karena itu, IOC memberikan tenggat waktu hingga tahun 2025 bagi IBA untuk memperbaiki semua masalah yang ada. Jika tidak ada kemajuan yang signifikan, IOC tampaknya tidak akan ragu untuk mengambil langkah tegas dengan mencoret tinju dari daftar cabang olah raga di Olimpiade 2028.
Kekhawatiran mengenai masa depan tinju di Olimpiade juga mendorong munculnya organisasi baru bernama World Boxing. Didirikan pada tahun 2023, World Boxing hadir dengan misi untuk menyelamatkan tinju dari ancaman penghapusan di Olimpiade.
Organisasi ini telah berhasil mengumpulkan 37 anggota federasi nasional dan bertekad untuk menjadi alternatif yang lebih baik dari IBA. Namun, tantangan besar masih menanti World Boxing, terutama dalam hal mengumpulkan lebih banyak anggota federasi.
Target mereka adalah mencapai 50 anggota federasi pada akhir tahun 2024. Jika berhasil, World Boxing mungkin memiliki kesempatan untuk menggantikan IBA sebagai badan yang mengatur tinju di Olimpiade.
Meski ada upaya dari World Boxing, situasi tetap tidak mudah. IBA masih memiliki pengaruh besar, terutama di kalangan federasi nasional yang telah lama menjadi anggotanya. Selain itu, waktu yang diberikan oleh IOC kepada IBA untuk memperbaiki masalah-masalahnya semakin mendekati batas.
Jika IBA gagal memanfaatkan waktu yang tersisa, World Boxing harus siap untuk mengambil alih peran penting dalam mengatur tinju di Olimpiade. Namun, ini tentu tidak akan terjadi tanpa persetujuan IOC, yang akan menilai kelayakan World Boxing sebagai pengganti IBA.
Di sisi lain, prestasi di arena tinju Olimpiade terus menunjukkan kualitas yang tinggi. Pada Olimpiade Paris 2024, Uzbekistan menjadi negara tersukses dengan meraih lima medali emas dari berbagai kelas tinju. Sementara itu, Filipina juga mencatatkan prestasi gemilang dengan dua medali emas yang diraih oleh atlet tinju wanita mereka.
Prestasi ini menunjukkan bahwa tinju tetap menjadi salah satu cabang olahraga yang paling kompetitif dan menarik di Olimpiade. Namun, prestasi ini bisa saja menjadi yang terakhir jika masalah internal IBA tidak segera diselesaikan.
Dengan segala masalah yang dihadapi oleh IBA, tinju kini berada di persimpangan jalan. Keputusan yang diambil dalam beberapa tahun ke depan akan menentukan apakah tinju masih akan menjadi bagian dari Olimpiade di masa depan, atau akan tergeser oleh cabang olah raga lain yang lebih siap secara organisasi.
Para penggemar tinju tentu berharap bahwa olah raga ini akan tetap menjadi bagian dari Olimpiade. Tetapi harapan itu hanya bisa terwujud jika IBA, atau mungkin World Boxing, dapat memenuhi standar yang ditetapkan oleh IOC.
Secara keseluruhan, ancaman pencoretan tinju dari Olimpiade Los Angeles 2028 adalah peringatan serius bagi semua pihak yang terlibat dalam olah raga ini. IBA harus segera membenahi tata kelola dan keuangannya, atau risiko kehilangan tempat di Olimpiade akan menjadi kenyataan.
Sementara itu, World Boxing perlu terus memperkuat posisinya sebagai alternatif yang kredibel untuk IBA. Di tengah semua ini, IOC memegang kunci masa depan tinju di Olimpiade, dan keputusan mereka akan sangat dinantikan oleh para atlet, pelatih, dan penggemar tinju di seluruh dunia. (*)