batampos – Kegagalan tim bulu tangkis Indonesia meraih medali di ajang Asian Games Hangzhou 2022 menjadi sinyal bahaya. Apalagi, tahun depan mereka harus berlaga di Olimpiade Paris 2024.
”Pasti faktor tekanan dan mental. Apalagi menjelang Olimpiade, kan?” sebut Luluk Hadiyanto, mantan pemain ganda putra Indonesia.
Khusus di sektor ganda putra, Luluk melihat Fajar Alfian/Rian Ardianto yang notabene merupakan ranking nomor satu dunia harus lebih jeli dalam bertanding.
”Iya kalau dalam posisi puncak biasanya kan diincar ganda lainnya. Semua mempelajari main kita,” beber eks peringkat ke-1 dunia itu.
Menurut Luluk, paling tidak, kalaupun harus gugur, bisa mencapai babak semifinal. ”Boleh lah kalah di semifinal minimal, masih bisa termaafkan. Tapi, sekarang tembus semifinal susah payah,” ucapnya.
Eks ganda putra lainnya, Candra Wijaya, menyebutkan bahwa saat ini permasalahan yang ada cukup kompleks.
”Tapi, mungkin banyak sekali penyebabnya. Terutama selain dari kondisi dan persiapan, banyaknya turnamen dan target kejuaraan turnamen itu sendiri. Lalu target, konsentrasinya juga terpecah. Mungkin sasaran antara dan utama jadi kabur. Banyak hal lain yang mesti dievaluasi,” tuturnya.
Selain itu, jika membela Indonesia, Candra memiliki prinsip di tiga hal. Yakni visi-misi besar, spirit dan semangat yang besar, serta yang paling penting buatnya adalah hati yang besar. ”Jadi, keterbukaan dan kekeluargaan sama-sama saling mengisi atau mendukung,” imbuhnya.
Peraih medali emas Olimpiade Sydney 2000 itu menjelaskan, salah satu yang ingin dititikberatkan adalah strategi pembinaan nasional. Jadi, bukan hanya yang ada di pelatnas. Sebab, berdasar sepengetahuannya, di negara lain sudah banyak pemain muda yang bermunculan dan berprestasi. Bahkan mengalahkan pemain senior.
Karena ikut terjun langsung membina atlet di klub, Candra tahu persis bagaimana sulitnya mencari bibit atlet berkualitas, kredibel, dan berintegritas tinggi. ”Itu tantangannya untuk anak-anak kita sekarang ini. Kompleks sekali lagi,” ujarnya. (*)
Reporter: JPGroup