batampos – Maroko menjadi negara pertama Afrika yang melangkah ke babak 16 besar Piala Dunia. Tepatnya pada edisi 1986 di Meksiko. Saat itu adalah kali pertama format 16 besar diperkenalkan di Piala Dunia.
Singa Atlas –julukan Maroko– berhasil melaju ke 16 besar sebagai juara grup dengan finis di atas Inggris dan Polandia.
Dalam matchday pemungkas grup, Ezzaki Badou dkk juga sukses mempecundangi Portugal. Sampai sekarang atau selang 36 tahun, momen bersejarah Maroko itu tetap dikenang.
”Cerita mereka (Maroko pada Piala Dunia 1986, Red) selalu diingat karena memang tidak mudah bagi tim Afrika mana pun bersaing melawan negara-negara Eropa dan Amerika Latin,” kata analis sepak bola Maroko Jalal Bounouar kepada The Guardian.
Baca Juga: Luka Modric Belum akan Pensiun dari Timnas Kroasia Setelah Piala Dunia
Di Piala Dunia 2022, Maroko sukses memungkasi fase grup di posisi teratas. Perinciannya, memulai fase grup dengan dua kali hasil nirbobol, lalu menyudahinya dengan hanya kebobolan satu gol. Sama persis dengan cerita 1986.
Romain Saiss dkk malah berpeluang mengukir momen bersejarah lainnya. Yakni, sebagai satu-satunya wakil Afrika yang melangkah ke perempat final.
Senegal sudah kandas di 16 besar oleh Inggris kemarin dini hari (5/12) WIB, sedangkan Tunisia-Kamerun-Ghana lebih dulu terhenti di fase grup.
Syarat bagi Maroko untuk mengukir momen histori tersebut adalah mengatasi Spanyol di Education City Stadium, Al Rayyan, nanti malam (siaran langsung SCTV/Indosiar/Vidio pukul 22.00 WIB).
Baca Juga: Brasil Menempuh Langkah yang Belum Pernah Terjadi di Piala Dunia
Bek kanan Maroko Achraf Hakimi sangat antusias dengan tantangan tersebut. Skuad yang tidak jauh berbeda dengan Piala Dunia Rusia empat tahun lalu telah mematangkan Saiss dkk di Qatar.
Kala itu Singa Atlas harus puas sebagai juru kunci tanpa pernah meraih kemenangan.
Tapi, ada yang menarik di Rusia. Maroko mampu menahan seri 2-2 Spanyol dalam matchday pemungkas.
”Empat tahun yang cukup untuk belajar banyak dalam Piala Dunia. Kami datang dengan mental berbeda dan menjadi semakin matang dengan tanggung jawab yang besar,” beber Hakimi seperti dilansir Marca.
Berbeda dengan Maroko pada Piala Dunia 1986, Maroko pada Piala Dunia tahun ini diperkuat banyak pemain dari klub elite Eropa.
Baca Juga: Brasil Gilas Korsel, Tak Ada Wakil Asia ke Perempat Final Piala Dunia
Yaitu, 14 pemain di antara 26 pemain. Sebut saja kiper Yassine Bounou dan striker Youssef En-Nesyri (Sevilla FC), Hakimi (Paris Saint-Germain), fullback Noussair Mazraoui (Bayern Munchen), dan winger Hakim Ziyech (Chelsea).
Pelatih Maroko Walid Regragui menambahkan, capaian 16 besar di Piala Dunia Qatar tidak semata karena dikaruniai pemain bertalenta.
Ada andil investasi masif berupa pembangunan kompleks latihan modern bagi Singa Atlas bernama kompleks Mohammed VI di Maamoura.
Biaya pembangunan kamp seluas 30 hektare itu mencapai USD 65,4 juta (lebih dari Rp 1 triliun) dan memakan waktu tiga tahun.
”Fasilitas latihan modern di Afrika adalah hal langka. Hal itu sangat membantu perkembangan pemain yang telah merasakan fasilitas modern di klub masing-masing di Eropa,” tutur Regragui kepada Sky Sports.
Baca Juga: Qatar Catat Rekor Tuan Rumah Terburuk dalam Sejarah
Regragui yang notabene baru menggantikan Vahid Halilhodzic per 31 Agustus lalu merasa senang karena kondisi anak asuhnya saat ini memang dalam grafik terbaik.
”Aku hanya punya waktu 3–4 bulan menangani mereka. Aku tidak akan berhasil hanya dengan modal rencana bagus,” imbuh pelatih 47 tahun tersebut.
Sementara itu, gelandang Spanyol Pedri mengungkapkan, pemain Maroko di Piala Dunia Qatar memiliki keunggulan fisik yang membuat mereka tampil prima sepanjang fase grup.
”Mereka akan membuntuti kami satu per satu. Begitu kami lengah, di situlah mereka akan menghukum kami,” ujar gelandang muda FC Barcelona tersebut kepada Marca. (*)
Reporter: JPGroup