Selasa, 26 November 2024

Imbas Tragedi Kanjuruhan, Peluang Piala Dunia U-20 Batal Masih 50:50

Berita Terkait

Kerusuhan pecah di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, (1/10) usai laga Arema FC melawan Persebaya. Ratusan orang meregang nyawa dalam kejadian tersebut (Istimewa)

batampos – ’’Ini adalah hari yang gelap bagi semua yang terlibat dalam sepak bola dan sebuah tragedi di luar nalar.”

“Bersama FIFA dan komunitas sepak bola global, semua pikiran dan doa kami untuk para korban, rakyat Republik Indonesia, Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), dan liga sepak bola Indonesia pada saat yang sulit ini.’’

Itulah nukilan pernyataan resmi Presiden FIFA Gianni Infantino sebagaimana yang dilansir dari situs resmi mereka.

Pernyataan pria 52 tahun tersebut secara implisit juga memperbesar peluang sanksi yang akan didapat Indonesia.

Sebab, merujuk Pasal 19 FIFA Stadium Safety and Security Regulations tentang Pitchside Stewards, ada standar operasional yang dilanggar atau tidak diterapkan.

Misalnya, larangan gas air mata yang dibawa petugas keamanan. Atau, jika memang tensi pertandingan tinggi sehingga ada potensi suporter masuk lapangan, tiket barisan kursi terdepan tidak dijual kepada penonton umum.

Deretan itu harus diduduki petugas keamanan atau polisi.

Salah satu sanksi yang ramai diperbincangkan adalah menyangkut status tuan rumah Piala Dunia U-20 yang rencananya dihelat pada Mei 2023.

Padahal, kesempatan tampil sebagai tuan rumah sangat berharga karena Indonesia kali terakhir merasakannya pada edisi 1979 ketika Jepang menjadi tuan rumah. Kala itu langkah Indonesia juga hanya sampai fase grup.

Jika rencana itu dibatalkan, artinya Indonesia mengalami dua kali kegagalan. Ya, sebenarnya Piala Dunia U-20 tahun depan adalah agenda 2021.

Namun, ketika itu agenda tersebut ditunda lantaran pandemi Covid-19 masih ganas. Tetapi, peluang dijatuhkannya sanksi itu masih fifty-fifty. Sebab, kerusuhan hanya melibatkan klub, bukan timnas.

Tragedi Heysel di Stadion Heysel atau kini dikenal King Baudouin Stadium, Brussel, pada 29 Mei 1985 bisa jadi rujukan.

Saat itu ada 39 orang tewas dan 600 korban lainnya luka-luka karena salah satu sisi tribun ambruk akibat keributan antara pendukung Liverpool FC dan Juventus sebelum laga final Piala Eropa diselenggarakan.

Beberapa hari setelah insiden terjadi, FIFA menghukum semua tim Inggris agar tidak berpartisipasi di ajang Piala Eropa, Piala Winners, dan Piala UEFA. Khusus The Reds, mereka absen di Eropa hingga musim 1990–1991.

Meski demikian, tidak ada hukuman bagi timnas Inggris. Buktinya, mereka masih tampil di Piala Dunia 1986 dan 1990 plus Euro 1988. Hal tersebut bak angin segar bagi Indonesia demi mempertahankan status tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun depan.

Hanya, yang memberatkan adalah insiden dua hari lalu terjadi di Indonesia. Tragedi Heysel terjadi di Belgia yang bukan asal dari Liverpool dan Juventus. Jadi, potensi dicabutnya status tuan rumah di Piala Dunia U-20 tetap besar.

Sanksi FIFA bagi klub Indonesia baru bisa diterapkan tahun depan. Sebab, tahun ini tidak ada lagi wakil Indonesia di Liga Champions Asia dan AFC Cup. Terakhir adalah PSM Makassar yang dikalahkan Kuala Lumpur FC 1-5 (24/8) pada final zona ASEAN. (*)

 

Reporter: JPGroup

Update