batampos – Thomas Tuchel bersama Chelsea pada 2020–2021, Hans-Dieter Flick (Bayern Munchen/2019–2020), dan Jurgen Klopp (Liverpool FC/2018–2019).
Tiga musim terakhir, pelatih pemenang Liga Champions selalu berkebangsaan Jerman. Itu belum termasuk Klopp yang lolos ke final 2017–2018 dan musim ini (2021–2022).
Hal itulah yang memberi tantangan bagi pelatih Real Madrid asal Italia, Carlo Ancelotti, untuk memutus rantai sukses para der trainer dalam final di Stade de France pada Minggu dini hari (29/5).
Apalagi, Carletto –panggilan akrab Carlo Ancelotti– adalah allenatore terakhir yang memenangi Liga Champions. Yaitu, pada musim 2013–2014 dan bersama Real.
Perlu dicatat, pelatih asal Italia masih menjadi pelatih tersukses dalam sejarah Liga Champions. Koleksi Si Kuping Lebar –sebutan trofi juara Liga Champions– para allenatore mencapai 11 kali.
Hanya, Italia memang mengalami masalah regenerasi mengingat Ancelotti adalah pelatih generasi lama. Pelatih 62 tahun itu sudah mengawali karier kepelatihan pada era 1990-an.
Sementara itu, Klopp merupakan pelatih generasi milenium atau era 2000-an.
”Mereka (pelatih Jerman, Red) punya ciri khas pada high press yang membuat intensitas permainan meningkat dan itu merupakan hal baru.
Tetapi, saya tidak merasa sebagai pelatih generasi lama karena juga memperhatikan perubahan. Yang tak kalah penting adalah memahami karakteristik pemain yang Anda miliki,” papar Ancelotti kepada Marca.
Meski gaya permainan Real bersama Ancelotti sering dianggap konvensional, pada kenyataannya, Carletto mampu membangkitkan potensi anak asuhnya. Misalnya, Karim Benzema dan Vinicius Junior.
Benzema mencetak 44 gol dan 15 umpan gol, sedangkan Vini menyumbang 21 gol dan 20 umpan gol. Statistik tersebut adalah yang terbaik bagi karier mereka dalam semusim.
Total, ada 28 gol Real yang melibatkan keduanya. Yakni, 20 gol Benzema hasil umpan gol dari Vinicius dan 8 gol Vinicius hasil kreasi Benzema.
Musim lalu atau ketika masih dilatih Zinedine Zidane, Benzema dan Vini sempat terlibat friksi. Itu bermula dengan Benzema yang merasa Vini pemain egois lantaran beberapa kali tidak mengoper kepadanya.
Masalah tersebut klir sepenuhnya sejak Ancelotti kembali dan dia peka melihat hal itu.
Di sisi lain, Klopp yang menjalani musim ketujuh di LFC tentu sudah menyatu dengan anak asuhnya. Seperti diungkapkan wide attacker LFC Sadio Mane, chemistry antara Klopp dan pemain sudah seperti bapak dan anak.
”Aku pikir rahasianya (dalam pendekatan kepada pemain, Red) adalah menjadi figur seorang ayah. Para pemain percaya kepadanya, selalu menuruti perkataannya, dan kami pun takut apabila membuat kesalahan,” beber Mane seperti dilansir The Football Lovers. (*)
Reporter: JPGroup