batampos – Dalam beberapa balapan terakhir, ada satu pertanyaan yang selalu dilontarkan wartawan kepada Fabio Quartararo: ”Kapan dia akan memutuskan masa depannya?”.
Dan setelah menjawab secara normatif di berbagai kesempatan, di Austin pekan lalu juara bertahan MotoGP itu menyatakan: ”Aku akan segera memutuskannya sebelum jedah musim”. Begitu ucapnya dikutip dari GP One.
Hasil dari empat balapan pembuka musim ini tentu saja jauh dari harapan Quartararo. Juga jauh dari jalur mulus untuk mempertahankan gelar juaranya.
P9 di Qatar, runner up di Indonesia (itupun dalam kondisi basah), P8 di Argentina, dan P7 di Amerika Serikat. Meski jauh panggang dari api, hasil tersebut merupakan yang terbaik di antara rider-rider penunggang Yamaha.
Di Losail, rekan setimnya Franco Morbidelli finis P11. Di Indonesia Morbidelli finis P7. Di Termas de Rio Hondo rider bernomor srart 20 itu menjadi satu-satunya rider Yamaha yang meraih poin.
Sementara di Austin, Andrea Dovizioso membawa sebiji poin setelah memenangi duel sprint melawan Morbidelli menuju finis.
Semua itu menjadi gambaran betapa level Yamaha masih jauh di bawah tim-tim pesaing. Di sisi lain, Yamaha benar-benar membutuhkan Quartararo untuk tetap bertahan di skuadnya.
Yamaha tak punya banyak pilihan, atau bahkan tidak punya sama sekali. Tahun lalu, untuk meyakinkan Morbidelli, Yamaha mengontraknya hingga akhir 2023. Sayangnya, sampai saat ini performanya belum bisa moncer.
Dovizioso terbentur umur. Sementara Darryn Binder masih pada level adaptasi dan kurang pengalaman.
Yamaha wajib meyakinkan Quartararo untuk tetap bertahan sesegera mungkin. Dua balapan pertama di seri Eropa, yakni GP Portugal dan Jerez akan menjadi seri krusial bagi Quartararo untuk mengevaluasi hasil pengembangan Yamaha dan memutuskan masa depannya.
Tapi kemana Quartararo akan pergi jika dia benar-benar ingin berpisah dengan Yamaha? Jika dilihat dari peta transfer pembalap MotoGP, sebenarnya tidak banyak pilihan yang pas bagi Quartararo.
Pabrikan Ducati sudah mengontrak Francesco Bagnaia untuk jangka panjang. Sedangkan, jika Miller dilorot kembali ke Pramac, penggantinya pun sudah antre. Ada Enea Bastianini atau Jorge Martin.
Aprilia juga belum cukup menarik untuk dilirik saat ini.
Bagaimana dengan Honda yang digembar-gemborkan sedang mendekati Quartararo? Hal itu mungkin terjadi. Tapi sangat besar risikonya.
Selama Marc Marquez masih bertahan di Honda, dia akan terus menjadi pusat utama pengembangan motor RC213V. Marquez tidak akan mau menjadi rider nomor 2 di Repsol Honda.
Masuknya Quartararo ke Honda justru akan menjadi bumerang baginya. Kalaupun Honda sedang mencari pengganti Pol Espargaro, itu akan lebih cocok dengan rider ingin mendapatkan pengalaman membalap di tim besar.
Bukan untuk seorang juara dunia. Karena situasinya akan mengulang seperti ketika Honda menyatukan Marquez dengan Jorge Lorenzo.
Maka satu-satunya pilihan Quartararo adalah Suzuki. Pabrikan Hamamatsu itu memiliki banyak hal yang diinginkan Quartararo. Termasuk power mesin mumpuni seperti yang telah ditunjukkan GSX RR di beberapa kesempatan duel dengan Desmosedici.
Selain itu, motor Yamaha dan Suzuki memiliki konfigurasi yang sama, yakni empat silinder segaris. Faktor ini akan memudahkan Quartararo bisa lebih cepat beradaptasi.
Hal yang nyaris sama sudah pernah dibuktikan Maverick Vinales. Pindah dari Suzuki ke Yamaha, Vinales bisa langsung menjadi pemenang balapan.
Hal lain yang bisa menjadi pertimbangan adalah kedatangan Livio Suppo ke Suzuki. Mantan manajer Repso Honda itu membawa atmosfer positif di internal Suzuki.
Kinerja di manajemen kini menjadi lebih efektif karena tidak ada lagi rangkap jabatan di top manajerial tim.
Tinggal sekarang yang mungkin bisa menjadi penghalang adalah gaji. Quartararo pasti tidak akan datang dengan murah jika Suzuki menginginkannya.
Sayangnya, Suzuki dikenal sebagai tim yang sangat berhati-hati dalam berinvestasi. Mereka lebih sering merekrut talenta-talenta muda yang potensial ketimbang rider top dengan bergaji tinggi.
Terbatasnya pilihan Quartararo tersebut bakal membuat berpikir panjang jika harus berpisah dengan Yamaha.
Isu yang diembuskan sang manajer bahwa Quartararo sedang bernegosiasi dengan pabrikan lain lebih kepada upaya untuk meningkatkan posisi tawarnya dengan Yamaha.
Meski begitu, Yamaha juga harus tetap berkomitmen untuk menyediakan motor juara bagi El Diablo, jika tak ingin benar-benar kehilangan anak emasnya.
Waktunya tidak banyak, karena kontrak Quartararo akan habis akhir musim ini. (*)
Reporter: JPGroup