Sabtu, 27 Juli 2024

6 Pemain Diskors Seumur Hidup Karena Terlibat Pengaturan Skor

Berita Terkait

Yerikho Tuasela (tengah) saat bermain untuk Pacific Caesar Surabaya. Yerikho yang sekarang membela Bali United dihukum larangan berkiprah di IBL seumur hidup. (Angger Bondan/Jawa Pos)

batampos – Enam pemain liga basket Indonesia (IBL) dipastikan terlibat pengaturan skor pertandingan. Mereka dijatuhi hukuman skors seumur hidup oleh IBL karena terbukti mengatur hasil laga selama musim reguler 2021.

Enam pemain tersebut adalah Aga Siedarta Wismaya, Jorge Gabriel Senduk, M. Nur Aziz Wardhana, Yoseph Wijaya, Ariesanda Djauhari, dan Yerikho Tuasela. Lima pemain ini berasal dari Pacific Caesar Surabaya. Sedangkan Yerikho merupakan point guard Bali United Basketball.

Dalam siaran persnya, PP Perbasi dan IBL telah menjatuhkan hukuman sanksi kepada para pelaku sesuai dengan aturan federasi dan peraturan pelaksanaan pertandingan yang disosialisasikan pada 21 September 2021.

IBL menjatuhkan hukuman skorsing seumur hidup tidak boleh berkegiatan di lingkup IBL kepada enam pemain tersebut. Selain itu, mereka dikenakan denda Rp 100 juta. IBL memberikan sanksi sesuai peraturan pelaksanaan IBL BAB IV Pasal 6 ayat 16.

Sementara itu, PP Perbasi memberikan sanksi sesuai ketentuan AD/ART PP Perbasi serta kode etik disiplin PP Perbasi. Enam pemain itu dilarang berkegiatan yang berhubungan dengan basket. Lama masa skors tersebut bervariasi antara satu hingga empat tahun.

“Tindakan ini adalah bagian dari komitmen kami untuk meningkatkan kualitas liga agar semakin baik, profesional, dan sehat,” kata Direktur Utama IBL, Junas Miradiarsyah dalam siaran resminya.

“IBL mendapatkan laporan dari manajemen klub Pacific mengenai kejanggalan beberapa pertandingan pada fase reguler 2021,” tambah Junas.

Atas laporan tersebut, sejak Mei 2021, IBL bersama PP Perbasi membentuk tim untuk melakukan investigasi dan mendapatkan bukti-bukti dari pihak yang terlibat.

“Investigasi ini untuk memberikan efek jera kepada yang terlibat. Juga menegaskan kepada seluruh pihak terkait bahwa tidak ada toleransi terhadap hal-hal yang mencederai dan berpotensi membuat liga, klub, dan persepsi olahraga basket menjadi negatif,” tegas Junas.

Ketua umum PP Perbasi Danny Kosasih mengaku kesal dengan para pemain yang melakukan match fixing. “Tak ada ampun lagi, mereka harus menjalani hukuman yang sudah dijatuhkan,” ucap Danny.

Dia kecewa para terhukum tersebut tidak belajar dari pengalaman kasus serupa sebelumnya. “Saya berharap hukuman kali ini membuat para pebasket semakin menjunjung sportivitas dan tidak lagi melakukan match fixing,” tambahnya. (*)

Reporter: JPGroup

Update